meminta pada Yang Mahakuasa. Untung saja, pada hari ke empat, bantuan datang dari pihak yang tidak ia sangka-sangka.
Siang itu, di hari keempat sang raja murung, ia kedatangan sesosok siluman dari bangsa buto (raksasa) yang berubah wujud seukuran manusia. Siluman yang mengaku sebagai pimpinan para buto itu memiliki kulit berwarna hijau mengenalkan dirinya sebagai Buto Ijo. Buto Ijo menghadap sang raja untuk meminta izin agar diperkenankan ikut sayembara. Ia mengatakan bahwa tawaran tanah yang ada di sebelah barat Jawa itu menggiurkan hatinya. Selama ini, para buto selalu tinggal di gua, berdesak-desakan sehingga kadang karena sempitnya gua, mereka suka bertikai memperebutkan tempat. Sedikit saja mereka keluar dan bersinggungan dengan manusia, mereka selalu berada pada pihak yang disalahkan. Jika manusia marah, keluarga mereka akan diburu untuk dibunuh. Andaikata mereka menang sayembara dan memiliki tahah yang cukup luas, mereka tidak akan merasa sempit dan hidup dengan tenang.
Dibutakan oleh keinginannya, dan mengingat tidak ada cara lain lagi untuk membawa batu itu, sang raja lantas menyetujui permohonan sang buto, tetapi dengan syarat, tanah yang dijanjikan itu hanya akan diberikan jika sang buto tidak saja dapat membawa batu itu ke hadapan raja, tetapi juga sukses membawa batu itu ke tempat pembuatan pusaka yang ada di Madura tidak lebih dari tujuh hari. Batu itu pun tidak boleh cacat apalagi pecah atau terbelah, karena jika terbelah, pusaka tidak akan sempurna di buat. Adapun jika gagal, selamanya, Buto Ijo dan pengikutnya harus tetap tinggal di gua dan tidak menampakkan diri pada manusia.
Syarat ini pun disetujui Buto Ijo. Dengan bergegas, berangkatlah ia menuju ke tempat yang dimaksud sang raja. Sesampai di tempat itu, ia kemudian menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya. Tubuhnya kemudian membesar berkali-kali lipat hingga mencapat pucuk pohon kelapa. Dengan tubuh sebesar itu, dengan mudah ia mengangkat batu mustika itu dan membawanya ke kerajaan.
Sang raja merasa gembira melihat batu besar itu telah berada di alun-alun kerajaan. Saat itu juga, ia segera meminta sang Buto Ijo untuk bergegas ke Madura, tepatnya ke daerah Pamekasan. Buto ljo
25