Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/43

Halaman ini telah diuji baca

pusaka itu merupakan keberkahan bagi kerajaannya, maka ia memohon agar Buto ljo itu dibuat berhasil melaksanakan tugasnya. Dan sebaliknya, jika pembuatan pusaka itu akan membawa petaka, maka ia memohon, untuk menjadikan Buto ljo gagal dalam melaksanakan tugasnya.

Berita tentang Buto Ijo yang akan ke Madura, beredar dengan cepat, tidak hanya di tanah Jawa, bahkan juga di pulau Madura. Di Madura sendiri, orang-orang yang ada di sana merasa cemas. Mereka takut, perjalanan sang Buto Ijo yang oleh orang Madura dikenal sebagai Lang Deur untuk membawa batu ke Pamekasan tidak hanya akan membuat rusak rumah-rumah mereka, tetapi juga memakan salah satu dari mereka jika ia lapar. Untuk mengatasi hal ini, orang-orang Madura kemudian membuat persiapan. Atas petunjuk dari orang-orang tua, selama Lang Deur itu masih ada di Madura, anak-anak kecil akan diungsikan. Para orang dewasa diminta untuk bersiaga siang dan malam.

Dengan bentuk tubuhnya yang besar, mudah saja bagi Buto ijo melakukan perjalanannya membawa batu itu. Bukit, lembah, gunung, dan sungai di tanah Jawa dengan mudah ia lalui. Demikian juga selat Madura yang tidak terlalu dalam, dengan cepat ia seberangi. Satusatunya yang membuat ia sulit dan menahan perjalannya adalah batu itu. Semakin lama, ia merasa, batu itu semakin besar dan berat.

Hari itu adalah hari ke empat perjalanan. Kondisi fisik Buto Ijo sudah mulai menurun. Baginya, berjalan di tanah Madura yang panas, agak merepotkan terutama kakinya. Siang itu, ia yang kehausan lantas berhenti di sekitar wilayah yang sekarang kita kenal sebagai kecamatan Kamal untuk mencari air minum. Batu itu ia letakkan dan ia lantas berlarian ke sana kemari mencari air.

Suatu ketika, ia mendengar gemericik air dari sebuah tempat. Didekatinya sumber suara gemericik itu berasal. Temyata air itu berasal dari sebuah sumur yang ternyata adalah tempat pemandiannya bidadari dari Kayangan. Pada waktu itu, sumur itu sedang digunakan oleh para bidadari untuk mandi. Buto Ijo yang tidak mau berurusan dengan bidadari lebih memilih untuk menunggu di sekitar area sumur itu. Para Bidadari itu temyata menghabiskan

27