Buto Ijo yang marah lantas mengutuk pohon Kelor tersebut untuk seterusnya menjadi pohon yang mudah patah. Sumpah ini pun berlaku hingga sekarang. Sampai saat ini, meskipun pohon Kelor adalah pohon yang kuat, namun pohon ini dianggap masyarakat Madura sebagai pohon yang rentan untuk patah.
Mengetahui bahwa usahanya telah gaga!, Buto Ijo dengan bersedih dan kecewa lalu pulang ke gua tempat tinggalnya. Pupus sudah harapannya memiliki tanah dan memangsa manusia dengan bebas di tanah itu. Ia pun tidak berani bertemu sang raja karena ia takut dimarahi sang raja. Bisa jadi, ia akan dihabisi sang raja karena telah merusak batu kesayangannya. Sejak saat itu, ia dan bangsanya memutuskan tidak pernah menampakkan diri lagi pada manusia.
Adapun sang raja, mendengar selentingan kabar bahwa batu mustika itu telah pecah, ia merasa bersedih sekaligus gembira. Bersedih karena pupus sudah harapannya untuk memiliki pusaka kerajaan, gembira karena dengan kegagalan Buto ljo itu, ia tidak perlu memberikan tanah kekuasaan kepada kaum buto.
Legenda ini diyakini kebenarannya oleh masyarakat Jeddih dan Pendabah. Bukti keberadaan Buto ljo yang membawa batu berat itu dapat dilihat hingga sekarang yaitu adanya jejak kaki raksasa yang ukuran jejak kaki tersebut bisa dimasuki atau diduduki oleh orang dewasa. Adapun dua batu itu hingga sekarang masih ada. Dua batu ini dikenal sebagai batu cenning. Batu yang namanya diambilkan dari karakteristik batu itu yang ketika diketuk berbunyi ning..ning.. ning.
Batu cenning tersebut banyak memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Banyak pihak mengatakan bahwa Desa Pendabah menjadi desa yang aman dan damai tanpa adanya kasus-kasus perampokan dan lain sebagainya disebabkan karena adanya batu cenning ini. Dahulu kala, pernah ada peristiwa ada seorang maling bermaksud mencuri sapi di Desa Pendhabah. Secara otomatis, batu tersebut memancarkan cahaya ke atas dan berbunyi ning. ... ning..... ning. Pencuripun akhirnya tertangkap, dan sapi warga terselamatkan.
Batu itu juga di percaya sebagai pemanggil. Konon juga, apabila ada salah satu warga kehilangan anak-anak mereka, maka mereka
30