Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/54

Halaman ini telah diuji baca

Jokotole ada yang menghitam karena jelaga dan beberapa bagian dari bajunya yang terbakar. Sejak saat itu, Empu Kelleng dan para pekerjanya sadar bahwa Jokotole bukanlah anak sembarangan. Mereka bekerja semakin semangat karena merasa akan mendapatkan berkah. Benar saja, hasil pekerjaan mereka semakin laris, terkenal dan mendapat pujian banyak orang. Adapun keris yang dibuat kali pertama oleh Jokotole diberi nama keris Jennengan Pakandangan.

Berita akan bagusnya pekerjaan Empu Kelleng didengar oleh Raja Majapahit, yaitu Prabu Brawijaya VII. Waktu itu Brawijaya hendak membuat pintu gerbang raksasa yang terbuat dari besi dan memanggil seluruh pandai besi di seluruh wilayah Majapahit untuk membuat pintu itu. Semua pandai besi yang ada di Jawa setelah bersusah payah bekerja membangun pintu, akhimya menyerah karena merasa pekerjaan pintu itu terlalu berat. Gerbang itu terlalu besar. Tidak ada lagi yang sanggup mengerjakannya. Prabu Brawijaya pun kecewa dan memerintahkan para patihnya untuk mencari kabar tentang pandai besi yang mumpuni yang diperkirakan akan dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Berita kemahiran Empu Kelleng sebagai pandai besi, sampai juga ke telinga Prabu Brawijaya. Mendengar berita ini, Prabu Brawijaya memerintahkan pasukan kerajaannya untuk menjemput Empu Kelleng. Empo Kelleng gundah atas panggilan ini. Berat baginya meninggalkan istrinya terutama anak angkatnya yang masih kecil.

Ketika mengetahui ayah angkatnya yang sangat disayanginya akan pergi meninggalkan Jokotole dan ibu angkatnya untuk waktu yang agak lama, Jokotole merajuk untuk ikut. Ia tidak ingin berpisah dengan Empu Kelleng karena tanpa adanya Empu Kelleng, ia tidak punya temnan yang bisa mengajarinya pekerjaan yang sangat ia sukai yaitu membuat perkakas. Empu Kelleng tentu saja tidak menyetujui keinginan Jokotole. Selain karena Majapahit itu jauh, ia kesana pun dalam rangka menunaikan tugas bukan untuk bertamasya. Jokotole pun masih terlalu muda untuk diajak bepergian jauh. Apalagi, jika Jokotole ikut, maka ibu angkatnya akan kesepian dan tidak ada seorang pun yang membantunya merawat rumah.

38