Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/69

Halaman ini telah diuji baca

Jokotole pasti akan diganggu pekerjaannya oleh orang-orang yang tidak suka kepadanya. Usia Jokotole yang sangat muda serta asal Jokotole yang berasal dari luar pulau Jawa bisa dijadikan alasan bagi pihak-pihak yang tidak suka kepadanya untuk menyulitkan Jokotole dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

Suatu ketika, kuda kesayangan raja tiba-tiba mengamuk. Tanpa sebab tanpa musabab, kuda itu melompat-lompat dan menendang siapa pun yang berada di dekatnya. Jururawat kuda yang biasa merawat kuda pun kewalahan dan bahkan beberapa bagian tubuhnya sempat kena tendang. Gerakan kuda yang liar akhirnya berhasil membuat kuda itu lepas dari kekangnya dan meninggalkan kandangnya berlari secara liar ke alun-alun kota. Siapa pun yang menghalanginya bertumbangan. Di tengah alun-alun kota, kuda itu pun makin menggila.

Hulubalang kerajaan sudah angkat tangan dan menyarankan sang Prabu untuk membunuh saja kuda itu dengan panah atau tombak. Tapi Prabu Brawijaya sangat sayang pada kuda itu. Di saat yang genting itulah, Prabu Brawijaya teringat pada Jokotole. Diperintahkannya seorang prajurit untuk menjemput Jokotole di kediamannya.

Jokotole yang saat itu sedang bekerja membuat keris, langsung bergegas ke alun-alun kerajaan. Sekali lihat, Jokotole paham apa yang menyebabkan kuda itu mengamuk. Ternyata di leher kuda itu ada paku kecil yang entah sengaja atau tidak tertancap di sana. Selain itu, ia juga melihat bahwa sang kuda telah lama tidak diajak jalan-jalan dan sepertinya sedang ingin ditunggangi. Jokotole meminjam kaos dan pakaian kuda yang biasa dikenakan si kuda. Melihat jokotole membawa dua barang itu, respon yang dibuat si kuda adalah ringkikan yang panjang dan mengangkat dua kaki depannya tinggi-tinggi. Secara perlahan Jokotole mendekati kuda itu. Tidak ada keraguan pada langkahnya. Tangan Jokotole dijulurkan untuk mengelus leher dan kepala sang kuda serta dibisikkannya sedikit mantra yang diajarkan Adirasa kepadanya. Kuda itu menjadi jinak. Dengan gerakan halus, kepala kuda itu ditolehkan ke sebelah kanan agar Jokotole dapat melihat paku yang tertancap di lehernya serta mencabutnya. Ketika

53