Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/70

Halaman ini telah diuji baca

dicabut, kuda itu meringkik dengan keras kemudian kembali tenang. Dipakaikannya semua perlengkapan kuda dan diserahkannya kuda tersebut ke Baginda Raja untuk ditunggangi.

Baginda Raja menjadi senang. Akhirnya sang prabu memiliki alasan untuk mengangkat Jokotole menjadi patih. Mulai saat itu Jokotole diangkat menjadi patih dengan gelar Aryo Kuda Panoleh yang mengurusi urusan dalam istana termasuk di dalamnya urusan kuda-kuda sang Raja. Semua pembesar yang hadir di tempat itu tidak ada yang menyanggah, karena memang kenyataannya, hanya Jokotolelah yang mampu menenangkan kuda sang Prabu.

Pada suatu hari, Prabu Brawijaya berkeinginan untuk membangun pagar di dalam kota yang dikerjakan oleh para tumenggung, para patih termasuk di dalamnya Jokotole sendiri. Setelah selesai pembangunan pagar itu, seluruh kerajaan yang berada di wilayah kekuasaan Majapahit diminta untuk berkunjung ke kota Raja. Selain untuk melaporkan kondisi kerajaan masing-masing, undangan itu juga dimaksudkan untuk mengumumkan sistem pajak baru yang diterapkan Majapahit. Diantara raja-raja yang menjadi bawahan Majapahit, terdapat satu raja yaitu Raja Menak Jayengpati dari Blambangan yang menolak untuk hadir serta menolak membayar pajak. Atas ketidakhadiran Menak Jayengpati, Prabu Brawijaya mengutus orang untuk mengirimkan surat ke Blambangan. Sesampainya di Blambangan, surat tersebut dirobek-robek Jayengpati. la menyatakan makar alias tidak mau tunduk pada Majapahit.

Baginda Raja sangat murka mendengar kabar ini. Karenanya, sang Prabu mengirimkan dua patih untuk menyerang Blambangan. Kedua patih itu adalah Patih Jokotole dan Patih yang selama ini tidak suka pada jokotole. Tujuan baginda mengirimkan dua patih yang tidak cocok ini adalah untuk membuat keduanya berkompetisi. Selain itu, Baginda Prabu juga melakukan sayembara, barang siapa dari keduanya yang dapat menundukkan Blambangan serta membawa pulang putri Raja Blambangan, maka Prabu Brawijaya akan menikahkan putrinya kepada orang tersebut.

Pada tengah malam yang gelap gulita, Jokotole dan pasukannya melakukan serangan ke Blambangan. Serangan prajurit Jokotole yang

54