dan akan menjadi Patih di sumenep, sedangkan adiknya dinikahkan dengan Ario Wiganda.
Selama beberapa tahun setelahnya, Sumenep berada dalam kemakmuran. Jokotole memimpin Keraton Sumenep dengan baik dan adil dan dicintai oleh rakyatnya. Kesaktian dan kebaikan hati Jokotole menjadikannya terkenal tidak hanya di wilayah Madura bahkan pula di tanah Jawa.
Suatu ketika, kira-kira tahun ke-6 masa pemerintahan Jokotole, datanglah armada dagang dari Cina yang kapal-kapalnya berjumlah sangat besar. Armada ini selain difungsikan untuk berdagang juga digunakan sebagai sarana melakukan ekspansi. Jumlahnya yang besar menjadikan laksamana armada ini yaitu Laksamana Sam Po Tua Lang atau yang lebih dikenal dengan sebutan Dampo Abang bersikap congkak dan memandang remeh siapa saja yang berada di tempat yang disinggahinya. Raja-raja yang ada di tanah Jawa dan Madura ditantangnya.
Sam Po Tua Lang mengirimkan surat kepada raja-raja yang ada di Jawa dan Madura seperti Majapahit, Gersik, Japan, Blambangan, Kediri dan daerah-daerah lainnya yang intinya memerintahkan mereka untuk tunduk pada armada dari Cina tersebut. Raja-raja yang disurati banyak yang merasa gentar akan tantangan ini. Selain karena mereka tidak banyak memiliki armada laut, mereka juga sadar, melakukan pertempuran di laut adalah pekerjaan yang susah dan menyita banyak tenaga dan biaya.
Beberapa merespon tantangan ini dengan mengirimkan pesan tunduk, tetapi beberapa lainnya memilih tidak bereaksi dan menunggu serangan di darat. Mereka yang menunggu ini merasa lebih percaya diri menghadapi musuh di darat daripada di laut.
Jokotole juga menerima surat tantangan tersebut. Harga dirinya merasa dilecehkan dan menuliskan surat balasan menerima tantangan perang sang laksamana. Ia mempersiapkan balatentaranya untuk menyambut di pinggir pantai tanpa rasa takut.
Mengetahui bahwa ada raja yang berani menerima tantangannya, Laksamana Sam Po Tua Lang tertawa. Ia lantas meminta bantuan ayahnya yang merupakan seorang raja di Cina yang bernama Raja
71