Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/95

Halaman ini telah diuji baca

kepada Pangeran Tengah. Mereka balik selain karena mereka merasa tidak yakin menang, perbekalan perang yang mereka bawa pun mereka anggap kurang memadai. Daerah tempat baliknya tentara Arosbaya kini dikenal sebagai Desa Blega yang berasal dari kata Abaliggha (kembali).

Keadaan pun tenang kembali. Setelah pertempuran, Pangeran Macan Putih kembali ke sosok manusianya dan ia beserta prajuritnya yang tersisa kembali menghadap kepada Pangeran Blega guna melaporkan apa yang telah terjadi. Setelah dirasa aman, ketiga prajurit penjaga gerbang pun kembali melakukan tugas mereka.

Pangeran Tengah yang menerima laporan dari prajuritnya yang gagal mengemban perintah untuk menarik pajak dari adiknya marah besar. Ditambah lagi ia mendengar bahwa pasukan pilihannya hancur dan gugur, maka genap sudah rasa amarahnya. Bukti-bukti pembangkangan adiknya telah jelas dan tidak disangka lagi.

Segera ia mengutus orang untuk mengirim surat memohon bantuan pada kakaknya Pangeran Sidhing Gili. Dalam surat itu, Pangeran Tengah menceritakan bahwa adik mereka Pangeran Blega sudah tidak mau lagi mengakui Arosbaya sebagai tanah kelahiran dan memilih untuk memberontak dengan tidak membayar upeti selama dua tahun. Tidak hanya tidak mau membayar upeti, Pangeran Blega bahkan menantang kakaknya dengan secara terang-terangan menyerang tentara yang dikirimkan untuk menarik upeti.

Mendapat berita ini, Pangeran Sidhing Gili langsung bersimpati pada Pangeran Tengah dan berjanji akan membantunya menghukum adik mereka. Segera ia membuat persiapan, dan setelah semuanya siap, Pangeran Sidhing, pasukannya beserta penjemputnya berangkat beriringan ke Arosbaya.

Sesampainya di Arosbaya, Pangeran Sidhing disambut dengan hangat oleh Pangeran Tengah. Mereka lantas bercakap-cakap dengan serius di pendopo istana Semua hal terkait pertikaian Pangeran Tengah dan Pangeran Blega diceritakan. Tidak lupa Pangeran Tengah juga membawa bukti-bukti hidup berupa perwira yang ikut rombongan ke Blega. Mendengar cerita tersebut, Pangeran Sidhing mengajukan diri sebagai penengah permasalah tersebut. Ia juga

79