Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/97

Halaman ini telah diuji baca

junjungan dari patih tersebut, apalagi menyuruh tentaranya pulang. Iapun memerintahkan melakukan penyerangan.

Kali ini, prajurit Kerajaan Arosbaya mengamuk tanpa pandang bulu. Siapa saja yang dijumpainya akan menjadi sasaran amukan mereka. Amukan pasukan Arosbaya yang membabi buta ini membuat Pangeran Macan Putih terkejut. Ia tidak menyangka bahwa pasukan Arosbaya akan sedemikian ganas dan sebrutal itu. Amukan tentara Arosbaya yang tidak pandang bulu itu membangkitkan kemarahan dari setiap prajurit Blega.

Meskipun banyak dari pasukan Blega yang tidak siap, dalam kondisi yang kacau tersebut membuat tentara Blega mampu melakukan banyak hal yang sulit. Seorang prajurit yang bertugas menyalakan pelita keraton yang biasanya butuh waktu lama untuk menyalakan api (dhamar), ketika serangan itu datang secara ajaib mampu menyalakan pelita dhamar di seluruh penjuru keraton dalam waktu singkat yang nantinya digunakan sebagai pertanda bahaya dan menjadi pertanda seluruh prajurit bersiaga. Prajurit pembawa kenong juga secara luar biasa mampu mencari kenongnya dengan segera dan membunyikan kenongnya keras-keras untuk membuat orang-orang bersiaga. Prajurit penyala pelita ini kelak dianugerahi nama kebesaran sebagai Pangeran Pedamaran, sedangkan prajurit pembawa kenong dianugerahi gelar Pangeran Kenong. Para pemanah telah mendapatkan gandiba (gendewa) mereka. Para panombak dan prajurit-prajurit Blega yang lain pun turut mengamuk sehingga terjadilah peperangan sengit.

Dikisahkan pula ketika semua kuda terpakai olah masing-masing prajurit Blega, seorang prajurit kerajaan Blega mengambil gidang (kuda-kudaan dari gedek) dan langsung mengamuk ke arah prajurit Arosbaya. Ajaibnya gidang tersebut berubah benar-benar menjadi kuda yang perkasa. Prajurit penunggang gidang yang ternyata merupakan bangsawan dari Blega kelak diberi nama Pangeran Gidang.

Dalam peperangan itu, banyak prajurit yang terbunuh, salah satunya ialah Pangeran Kambeng yang terbunuh dan mengambang di Sabbeggen. Di awal pertempuran, terlihat tentara Arosbaya yang jumlahnya lebih banyak akan memenangkan pertempuran. Namun,

81