Halaman:NAWAKSARA.djvu/1

Halaman ini telah diuji baca

Edisi 05/02 - 05/Apr/1997 Analisa & Peristiwa


PIDATO PRESIDEN SUKARNO "NAWAKSARA"

Di depan Sidang Umum ke-IV MPRS

pada tanggal 22 Juni 1966

Saudara-saudara sekalian,

I. RETROSPEKSI
Dengan mengucap Syukur Alhamdulillah, maka pagi ini saya berada di muka
Sidang Umum MPRS yang ke-lV . Sesuai dengan Ketetapan MPRS No.I/1960
yang memberikan kepada diri saya, Bung Karno, gelar Pemimpin Besar Revolusi
dan kekuasaan penuh untuk melaksanakan Ketetapan-ketetapan tersebut, maka
dalam Amanat saya hari ini saya ingin mengulangi lebih dulu apa yang pernah
saya kemukakan dalam Amanat saya di muka Sidang Umum ke-ll MPRS pada
tanggal 15 Mei 1963, berjudul "Ambeg Parama-Arta" tentang hal ini:
1. Pengertian Pemimpin Besar Revolusi.
Dalam pidato saya "Ambeg Parama-Arta" itu, saya berkata: "MPRS telah
memberikan KEKUASAAN PENUH kepada saya untuk
melaksanakannya, dan dalam memberi kekuasaan penuh kepada saya
itu, MPRS menamakan saya bukan saja Presiden, bukan saja Panglima
Tertinggi Angkatan Perang, tetapi mengangkat saya juga menjadi:
"PEMIMPIN BESAR REVOLUSI INDONESIA".
Saya menerima pengangkatan itu dengan sungguh rasa terharu, karena
MPRS sebagai Perwakilan Rakyat yang tertinggi di dalam Republik
Indonesia, menyatakan dengan tegas dan jelas bahwa saya adalah
"Pemimpin Besar Revolusi Indonesia", yaitu: "PEMIMPIN BESAR
REPUBLIK RAKYAT INDONESIA"!
Dalam pada itu, saya sadar, bahwa hal ini bagi saya membawa
konsekuensi yang amat besar! Oleh karena seperti Saudara-saudara
juga mengetahui, PEMIMPIN membawa pertanggungan-jawab yang
amat berat sekali!!
"Memimpin" adalah lebih berat daripada sekedar "Melaksanakan".
"Memimpin" adalah lebih berat daripada sekedar menyuruh
melaksanakan"!
Saya sadar, lebih daripada yang sudah-sudah, setelah MPRS
mengangkat saya menjadi "Pemimpin Besar Revolusi", bahwa kewajiban
saya adalah amat berat sekali, tetapi Insya Allah S.W.T. saya terima