Halaman:Narsisisme dan Romantisisme Dalam Novel Negara Kelima Karya Es Ito.pdf/20

Halaman ini tervalidasi

tersimpan sebuah jiwa yang sangat rapuh dan mereka menutupinya dengan menekankan betapa hebatnya mereka, yang terbukti dari banyaknya pujian dari orang lain. Seperti tokoh ibu tiri Putri Salju, yang selalu bertanya pada kaca ajaibnya, "Mirror... mirror on the wall. Who's the fairest of them all?" (Thienz, 2006).

Menurut Rathus dan Nevia dalam Sugito (2005), orang narsis terbiasa memandang dirinya dengan cara yang berlebihan. Setiap orang wajar jika menyukai salah satu kelebihan dirinya. Akan tetapi, yang khas narsis adalah rasa suka terhadap kelebihan dan semua elemen (fisik dan nonfisik) yang melekat pada dirinya itu muncul secara over (berlebihan), konsisten, dan berlanjut. Tanpa pandang waktu dan tempat. Bagi orang-orang narsis, sepucuk pujian dari orang lain adalah tiket yang bisa membawanya terbang ke langit ketujuh. Menurut Sugito (2005), yang khas dari fenomena narsisme sekarang adalah ia sering memiliki objek referensialnya. Lewat media yang secara luar biasa berhasil menghablur massa, narsisisme pada orang yang diselimuti ilusi parasosial dan mistik imaginary audience bisa muncul dengan mengacu pada obyek referensialnya. Pola narsisisme modern ataupun lama, memiliki efek yang nyaris sama. Mereka biasanya selalu mengharapkan perhatian dan perlakuan khusus dari orang lain dan (ini yang penting) mereka biasanya sukar membagi dan mencurahkan kasih sayang terhadap orang lain. Pendek kata, mereka minus dalam berempati.

8