Halaman:Narsisisme dan Romantisisme Dalam Novel Negara Kelima Karya Es Ito.pdf/27

Halaman ini tervalidasi

pendekatan ini, pendekatan kedualah yang lebih sesuai dengan tujuan penelitian ini.

Mahayana (2005: 336) menyatakan bahwa sosiologi muncul dalam kritik sastra karena adanya anggapan bahwa karya sastra merupakan cermin masyarakat. Karya sastra tersebut dianggap sebagai potret kehidupan masyarakat dan gambaran semangat zamannya. Dalam hal ini, karya sastra dianggap sebagai gambaran struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain.

Wellek dan Warren (1995:122) menyatakan bahwa dalam sosiologi sastra, pendekatan yang umum dilakukan terhadap hubungan sastra dan masyarakat adalah mempelajari sastra sebagai dokumen sosiokultural dan sebagai potret kenyataan sosial. Dokumen sosial sastra dipakai untuk menguraikan ikhtisar sejarah. Penelitian ini kurang bermanfaat jika memukul rata bahwa sastra adalah cerminan kehidupan, sebuah reproduksi, atau sebuah dokumen sosial. Penelitian ini baru berarti kalau kita meneliti metode artistik yang digunakan novelis. Kita perlu menjawab secara kongkret bagaimana hubungan potret yang muncul dari karya sastra dengan kenyataan sosial. Apakah karya tersebut dimaksudkan sebagai gambaran yang realistis ataukah merupakan satire, karikatur, atau idealisasi romantik? Berangkat dari pendapat itu, penulis mencoba menguraikan persoalan narsisme dan romantisme orang Minang, Apakah betul kondisi tersebut merupakan kenyataan yang sebenarnya atau hanya ungkapan pikiran dan pendapat pengarang untuk melahirkan karya cipta seninya saja.

15