Halaman:Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme.pdf/17

Halaman ini telah diuji baca

dan bekerdja untuk negeri jang ia diami, mentjintai dan bekerdja untuk rakjat diantara mana ia hidup, selamat negeri dan rakjat itu masuk Darul-Islam ? Seyid Djamaluddin El Afghani dimana-mana telah mengchotbahkan nasionalisme dan patriotisme, jang oleh musuhnja lantas sahadja disebutkan ,,fanatisme"; dimana-mana pendekar Pan-Islamisme ini mengchotbahkan hormat akan diri sendiri, mengchotbahkan rasa luhur-diri. mengchotbahkan rasa kehormatan bangsa. jang oleh musuhnja lantas sahadja dinamakan ,,chauvinisme" adanja. Dimana-mana, terutama di Mesir, maka Seyid Djamaluddin menanam benih nasionalisme itu; Seyid Djamaluddin-lah jang mendjadi ,,bapak nasionalisme Mesir didalam segenap bagian-bagiannja”.


Dan bukan Seyid Djamaluddin sahadjalah jang mendjadi penanam benih nasionalisme dan tjinta-bangsa. Arabi Pasha, Mustafa Kamil, Mohammad Farid Bey, Ali Pasha, Ahmed Bey Agayeff, Mohammad Ali dan Shaukat Ali..... semuanja adalah panglimanja Islam jang mengadjarkan tjinta-bangsa, semuanja adalah propagandis nasionalisme dimasing-masing negerinja! Hendaklah pemimpin-pemimpin ini mendjadi teladan bagi Islamis-islamis kita jang ,,fanatik" dan sempit-budi, dan jang tidak suka mengetahui akan wadjibnja merapatkan. diri dengan gerakan bangsanja jang nasionalistis, Hendaklah Islamis-islamis jang demikian itu ingat, bahwa pergerakannja jang anti-kafir itu, pastilah menimbulkan rasa nasionalisme, oleh karena golongan-golongan jang disebutkan kafir itu adalah kebanjakan dari lain. bangsa, bukan bangsa Indonesia! Islamisme jang memusuhi pergerakan nasional jang lajak bukanlah Islamisme jang sedjati; Islamisme jang demikian itu adalah Islamisme jang ,,kolot". Islamisme jang tak mengerti aliran zaman !


Demikian pula kita jakin, bahwa kaum Islamis itu bisalah kita rapatkan dengan kaum Marxis, walaupun pada hakekatnja dua fihak ini berbeda azas jang lebar

sekali, Pedihlah hati kita, ingat akan gelap-gelitanja udara Indonesia, tatkala beberapa tahun jang lalu kita mendjadi saksi atas suatu perkelahian saudara: mendjadi saksi petjahnja permusuhan antara kaum Marxis dan Islamis: mendjadi saksi bagaimana tentara pergerakan kita telah terbelah djadi dua bahagian jang memerangi satu sama lainnja. Pertarungan inilah isinja

17