Halaman:O Eng Tjaij, Kau Kliroe.pdf/134

Halaman ini tervalidasi

— 134 —

koentji sadja, makalah ia tida bisa mengarti, pegimana anak-anak perna masoek ke sitoe en tjara pegimana ia bisa taoe hal ichwalnja itoe portret. Sembari pegang djidatnja sang anak ia menanja: „Pegimanatah kau taoe njang ia ada iboe moe, HOK OEN?”

Mendenger pertanjahan itoe roepanja sang anak kliatannia begitoe asing sekali, sampe ENG TJAIJ tida kepengen landjoetken pembitjarahannja terlebi djaoe lagi, en olehkerna toean-toean Dokter masoek poela, makalah itoe omongan mendjadi linjap: sendirinja.

Ini kali HOK ON diam sadja en toean-toean Dokter djadinja bisa preksa lagi penjakitnja.

Kemoedian Dokter njang permoela temenin HOK OEN berdiam di kamar, setelah njang dari Bandoeng pergi kloear sama ENG TJAIJ boeat membitjarahken apa njang ja soeda dapetin.

ENG TJAIJ rasanja kesima, maskipoen ia blon denger apa-apa dari toean-toean Dokter itoe.

HOK OEN poenja „bentji hoeat hidoep” roepanja membikin hatinja piloe begitoe roepa, sampe ia bergidik, kapan ia inget en moesti denger njang anaknja masi bisa di bikin baek lagi.

En toch, setempo toean-toean Dokter menjatahken jane sang anak MOESTI mati, prangsahannja rasanja maoe menjerang itoe en berkata hatinja sekarang njang doeloean sekedar ada doerhaka: „semoea biar, tetapi itoe satoe djangan!”

„Apatah nanti tjepet kedjadian?” tjoba ia menanja.