Halaman:O Eng Tjaij, Kau Kliroe.pdf/139

Halaman ini tervalidasi

— 139 —

Slaloe ia kliatannja seperti tidoer, atawa, djika ia mendoesin, ia mengomong sedikit sekali en njang tida bisa di maksoedken. Kadang-kadang ia bisikin portret iboenja, tempo-tempo ia seboet nama adenja.

Kapan ia inget njang ajahnja ada padanja, sering ia menanja, apa artinja itoe soeara njang asing sekali di dalem kepalanja en apa adanja itoe soeara nging-ngingan di dalem koepingnja: tetapi, seblonnja ia dapet djawaban, ia soeda bitjara lagi, zonder mengambil poesing apa njang ada di sekiternja.

Kapan ENG TJAIJ berdjem-djem doedoek di sebla tempat tidoernja HOK OEN, sringkali ia inget pada perboeatan sang anak sama gambar iboenja, en apalagi itoe roepa, njang berarti menanja, en itoe senjoem njang seperti soeda denger satoe djawaban dari itoe portret.

Roepa-roepa perkatahan njang kadang-kadang di kloearin oleh sang anak, sering membikin ia maloe en kepengen ia tanja apa ada artinja itoe.

Di satoe malem, tempo meliat sepasang mata njang dalem itoe sedeng berkelak-kelik, ia samperin anaknja boeat kepengen taoe apa djoega njang HOK OEN lagi pikirin en menanja: „Apatah djoega njang kau pikirin, HOR OEN?“

„Kapan," menjaoet ia dengen plahan „apatah iboe nanti dateng ambil akoe?“

Tetapi seblonnja dapet tempo boeat mendjawab, kelemahannja ENG TJAIJ soeda menjerang dirinja en niatannja telah gagal. Apa njang membikin ia paling bingoeng, adalah itoe tjara, pegi-