Halaman:O Eng Tjaij, Kau Kliroe.pdf/151

Halaman ini tervalidasi

— 151 —


„Apatah kau maoe bilang, anak?"

„Ah itoe soeara orang di sini — di dalem kepala koe."

„Artinja njang kepala moe lagi sakit."

Boekan, rasanja laen; seperti ada seroepa njanjian en soeara mengerisik, slamanja menjanji sadja en mengerisik. Apatah njang ampir sama seperti itoe ? Och, toeloeng dong pikirin boeat akoe!"

ENG TJAIJ pikirin itoe seboleh-boleh aken kaboelken keinginan sang, anak, tetapi pertjoema sadja.

„Kau tida berdaja sesoenggoenja pa!" berkata sang anak dengen sedi.

ENG TJAI menanja diri sendiri apa sang anak brengkali pikirin mengerisiknja aer setempo ia ampir kelelep dan ketoeloengan en menjaoct; apatah soearanja seperti aer?"

„Ja ja", berkata HOK OEN,„seperti soearanja"— ia diam boeat sementaran en teroesken kemoedian: „roepa-roepa aer."

ENG TJAIj mendjadi heran.

„Apatah itoe pa? Di manatah akoe denger itoe? Apatah artinja ?"

ENG TJAIJ, selempang anaknja nanti lela lantaran terlaloe banjak mengomong, menjaoet: „Akoe toch bilang njang itoe ada soearanja aer, anak."

„Boekan, itoe laen," berkata IIOK OEN ampir menangis,„boekannja aer, tetapi banjak, roepa-roepa aer."

„Ja betoel dah," menjaoet ENG TJAIJ njang kwatirin berkerasnja HOK OEN.