Halaman:O Eng Tjaij, Kau Kliroe.pdf/152

Halaman ini tervalidasi

— 152 —


„Na tjoba bilang dong njang betoel, pa."

ENG TJAJ mengoelang, soearanja roepa-roepa aer."

„Nah!" meneroesken HOк OEN,„apa artinja itoe sekarang? Kan moesti taoe sekarang apa artinja itoe."

ENG TJAIJ djadi teramat djengkel en bilang:

„Akoe soenggoe tida taoe, anak."

„Kau djoegs pa, djika di dalem kepala moe rasanja ada roepa-roepa soeara aer, tentoe ingin taoe apa artinja toe! Och, di mana tah akoe perna denger itoe? Di mana kah akoe berada doeloean? Siapa rasanja ada sama-sama akoe? Kau ada papa, kerna akoe masi inget roepa moe en itoe waktoe ada seorang njang menjeritahken kita apa artinja itoe njanjian en soeara mengerisik!"

ENG TJAIJ, mendoega njang sang anak mengatjo lagi, soeda antepin sadja. la soeda biasa doedoek berdjem-djem deket anakuja, setelah ini tida brentinja mengotje.

Semoea dajanja aken membikin soepaia HOK OEN djangan terlaloe mengomong sadja, telah pertjoema. Mendadak sang anak mengagetken padanja dengen menanja: Apalah artinja JOE TJAY?"

„Ah, tida mempoenja arti sepegimana, anak."

„Moesti," berkata HOK OEN poela, „apatah artinja boekan sama djóega dengen soearanja roepa-roupa aer?"

„Ja," berkata sang ajah, njang masi sadja mendoega njang anaknja ada di dalem loepa.