Halaman:O Eng Tjaij, Kau Kliroe.pdf/159

Halaman ini tervalidasi

— 159 —

Bagian XIX.

Semoea pertanjahan-pertanjahan njang mengwatirken sekarang telah linjap, semoea daja aken bisa inget njang soeda-soeda, sekarang telah tida di goenaken lagi. Ia tida kata apa-apa, ia tida djawab atas pertanjahan papanja, ia tida bilang apa njang empenja kata baroesan ada itoe njang ia ingin inget; ia reba begitoe diam, begitoe tida berkoetik, sampe semoea njang ada di sitoe kira, njang ia soeda pergi, pergi djaoe sekali en tida nanti bakal balik kombali. Itoe roepa njang doeloean terliat tida poeas, sekarang telah linjap en sang ajah liat, njang anaknja mendjadi antengan. Djalan napasnja sekarang kedengeran tentoe, seperti orang njang teramat enak poeles.

Itoelah ada semoea, njang orang bisa dapet liat.

En pegimanalah sang anak sendiri telah rasahken? Tjara pegimanatah kita nanti tjoba ikoetin pikiran dan prangsahan hatinja?

Dengen tida teroendang ingetannja njang doeloe-doeloe telah balik kombali en berbajanglah itoe kedjadian di satoe hari setelah ia ada djalan-djalan dengen JOE TJAI, di hadepannja.

Pemandangan njang indah, disrentahken oleh tjerita empenja doeloean, telah berkenang di depan matanja; kegemaran njang ia lajangken, adalah dari roepanja doenia baroe njang pintoe-pintoenja semoea tertaboer dengen moetiara en di mana slamanja ada muziek dan bidadari-bidadari. Ja