Halaman:O Eng Tjaij, Kau Kliroe.pdf/24

Halaman ini tervalidasi

— 24 —

memikir dan inget njang kedjadian seroepa itoe ia perna alamken di roemanja sendiri, setelah iboenja habis di koeboer. Olehkerna ia poenja hati itoe tempo terlaloe pepet, makalah ia loepa tanja apa Hwesioh itoe telah bilang dan meminta di dalem ngotjenja.

Sekarang ia hampirin empenja en tanja ini dari arti perkatahannja Hwesioh itoe.

„Artinja,” menjaoet JOE TJAI, „adalah tida laen dari meminta soepaia aloes njang meninggal, di langit bisa dapet tempat njang senang. Di langit banjak roepa-roepa bidadari-bidadari, njang lantes sadja groemoetin aloes orang njang baroe meninggal en menoenggoe prentahnja Allah njang berkwasa apa ia moesti bikin sama aloes itoe. Hwesioh itoe lagi sedeng minta pada Allah en bidadari-bidadari soepaia aloesnja djangan terlaloe di seksa djika orang itoe hidoepnja banjak mempoenjahken dosa, HOK OEN diam sadja. Brengkali seoemoer hidoepnja ia baroe perna bisa diam seperti mendengerin tjerita empenja itoe.

„En,” meneroesken JOE TJAIJ tjeritanja. „Djika bidadari-bidadari itoe dapet prentahnja, lantes sadja semoea menjanji lagoe njang merdoe sekali, njang boeat sekalipoen njang disiksa, ada menjenangken sekali. Kemoedian kedengeran muziek en semoea pada bergirang.”

HOK OEN sebetoelnja tida bela lama-lama mendengerin orang tjerita. Tetapi sekarang, setelah empenja tjerita prihal langit dan bidadari-bidadari, en di mana soeda pasti iboenja perna alamken, ja sekaranglah HOK OHEN bisa diam setroesnja.