Halaman:PDIKM 692-02 Majalah Aboean Goeroe-Goeroe Februari 1928.pdf/5

Halaman ini telah diuji baca

Maoekah mereka itoe menjelidiki 'ilmoe ini sedalam-dalamnja ? Bagaimana tjara mana, adakah kitabnja ? Berapa banjak 'ilmoe, dan djoeara sa'ir orang kita jang seperti asap sadja. Teringat saja akan seorang toea jang pandai berpantoen beratoes-ratoes, ja beriboe-riboe pantoen dan sja`ir, seperti air hilir moedahnja jang tentoe tidak kalah bila diperbandingkan dengan djoeara sa'ir orang Belanda: Cats, Staring, Hooft, De Kosta, Nicolaas, Beets, Frederik van Eeden. Tetapi . . . . . . .ja . . . . . . . tetapi adoeh sajang . . . . . . . orang toea itoe tidak berharga sepeser djoea kepada orang banjak, hanja dipakai sebagai si Orong, lawak alias loetjoe. Saja masih ingat akan nama orang toea itoe jang bertemoe dengan saja selagi saja ketjil kira-kira 20 tahoen jang lepas namanja : Injik Banjak barang. Apa arti nama ini, pembatja tentoe ma'aloem. Teringat saja akan seboeah pantoen beliau : Indak hambo pandai balapoen, Talapoen disarang tampoeo, Indak hambo pandai berpantoen, Pantoen tjiek, hilang doeo. Inilah jang dinami bangsa Barat „Puntdicht" isinja tersisip pada baris kemoedian, geestig ( menggeli bati ). Akan tetapi nama dan roepa kepandaian Injik Banjak Barang bersa`ir dan berpantoen itoe hilang sadja, sehilang - hilangnja hanjoet tak dapat dipintasi, karam tak dapat diselami, ailah nasib . . . . . Tanah airkoe ! Misal-misal pekerdjaan orang Barat menghargai bangsanja dalam segala hal jang terseboet diatas sengadja saja kemoekakan goena ditiroe, diteladani, mana jang sepadan dengan kita tidak berlawanan dasar kebenaran dan kehaloesan perasaan oraug Timoer, karena itoe dalam pekerdjaan jang boeroek lekas benar soeka meniroe : Minoem sopi, bier, champi-haroes jang memang perloe, niet waar, hm, hm ! sebagai smeer, oentoek lidah, moeloet, bibir, dan stemorgaan, soepaja lekas pandai kreseh peseh bahasa Belanda kita bagoes, boenjinjapoen bagoes dapat memakai kaporodom, kaporodom, bak oelando maboek, seperti Belanda maboek, baroe djitoe, kata orang Betawi—baroe kari, kadjinja, tjoekoep tasdik sengau dan pandjang 3 alifnja kata orang soerau, jarrrrrabnakaam . . . . Bis, bis, ad . . . . . . vendum ! Berbalik pena saja kepada barga menghargai tadi, jang akan mendjadi pangkal kemadjoean sendi kekocatan. Kalau seorang Eropah, golongan B. B. akan pindah dan Ielang, kita berdoejoen-doejoen datang pergi kolelaug, djoeal kembali sijsteem bersimaharadja lela, diboeka poera sedalam-dalamnja, tanda hormat boleh naik pangkat, karena itoe, dan lagi patoet poela ditolong, karena oeangnja banjak, gadjinja besar, tetapi kalau bangsa kita jang miskin, bergadji ketjil dalam kesoesahan, kebanjakan kita membelakang boelat, didjahit sakoe se-