Halaman:Pantja-Sila oleh H. Rosin.pdf/21

Halaman ini telah diuji baca

sendiri mendjadi tidak merdeka: miskin, hina, ditangkap, diikat, disalibkan, mati, dikuburkan! Itulah pembebasan, dinjatakan pada hari Paska. Itulah perdjuangan kemerdekaan jang besar, jang menga dakan kemerdekaan jang sesungguhnja. Dan oleh karena perdjoangan kemerdekaan ini, maka ada djuga diatas bumi ini kemerdekaan jang relatif: lemah, bertjatjat, tetapi berpengharapan. Sebab kemerdekaanlah dan bukan perhambaan jang achirnja akan mentjapai kemenangan, bahkan jang sudah menang: Tuhan Allah berdiri tersembunji, lemah, sabar, tetapi walaupun begitu pasti sekali dan sangat berpihak pada pihak orang-orang tertindas dan tidak pernah berdiri pada pihak penindas.


Tidak, Tuhan Allah tidaklah atjuh tak atjuh terhadap Negara dan masjarakat. Ia bukanlah musuh kemerdekaan sosial, kemerdekaan warga negara, kemerdekaan bangsa. Sebaliknja: Ia adalah sumber dan asal jang sebenar-benarnja dari pada semuanja ini. Akan tetapi pada waktu kita sedang sibuk dengan rentjana-rentjana dan soal-soal jang besar-besar, Ia memperhatikan outcasts, kaum jang paling lemah dan paling rendah, jang telah kita lupakan dalam rentjana- rentjana kita dan jang mengganggu kita dengan djeritannja. Itulah maxime Tuhan Allah - dan memakai maxime ini dalam lapangan politik, haruslah berarti sebagai berikut:

1) Soal kemerdekaan itu berpusat kepada soal pembebasan so- sial. Pembebasan suatu bangsa dari pada imperialisme kolonial tidak- lah mempunjai arti, djika tidak berakibatkan pembebasan buruh dari pada pemerasan dan kemiskinan, kesusahan, kelaparan, penjakit dan kesukaran-kesukaran jang lainnja. Karena itu djuga, perdjoangan kemerdekaan belumlah berachir dengan pembebasan Irian. Perdjo- angan itu baru mulai! („Didalam Indonesia Merdeka itu perdjo- angan kita harus berdjalan terus.” Presiden Soekarno dalam „Lahirnja Pantja-Sila”).

Masaalah kesosialan selalu akan mengganggu suatu suatu bangsa. Pemogokan dan gerakan-gerakan semi-revolusioner lain-lainnja dalam dunia buruh selalu mendjadi tanda, bahwa mereka tidak merasa merdeka. Dimana solidariteit itu sempurna, maka pemogokan tidak terdjadi. Selama modal itu masih tertahan dan belum sama sekali dan dengan jakin untuk kepentingan rakjat seluruhnja, maka kita tidak berhak menghukumkan pemogokan-pemogokan.

Selama air masih dapat mengalir kebawah dari sawah kesawah,

17