Halaman:Pantja-Sila oleh H. Rosin.pdf/47

Halaman ini telah diuji baca

hasa dan kebudajaan kita: untuk memberikan suatu sumbangan bagi kebudajaan dunia, Kita akan berusaha mentjapai kesatuan nasional: dengan tidak menekan keaslian-keaslian dari suku-suku bangsa. Kita akan membangunkan suatu angkatan perang bagi pendjagaan nasional: dengan tidak mengabaikan sifat sipil dari masjarakat kita. Kita akan selalu merasa sebagai sebahagian kehidupan bersama dari umat manusia semua, dan kita akan memberikan, didalam perhubungan nasional kita sendiri, tjukup ruangan kepada individu.

3) Perdebatan jang besar terdjadi tentang interpretasi jang tepat mengenai sila jang pertama, Ketuhanan jang Maha Esa. Hampir tidak mungkin untuk menterdjemahkan perkataan-perkataan ini kedalam bahasa jang lain dengan tepat. Kesukaran itu terdjadi oleh karena kombinasi daripada kata jang abstrak „Ketuhanan” dengan tambahan „jang Maha Esa”. Tambahan ini lebih baik disesuaikan dengan kata „Tuhan”. „Tuhan jang Maha Esa” adalah Allah jang Maha Tunggal, sedangkan „Ketuhanan” adalah lebih kabur dan berarti „jang ilahi”, „suatu kuasa ilahi”. Rumus „Ketuhanan jang Maha Esa” itu tidak dapat disangkal, membawa tjap kompromi diantara anggapan-anggapan keislaman, kedjawaan dan modern dilapangan agama, sehingga diberi kesempatan untuk berbagai-bagai tafsiran.

Mr. Takdir Alisjahbana dalam Rapat Tahunan dari Perhimpunan Pendidikan Indonesia, jang diselenggarakan pada achir bulan Desember 1950 di Bandung, telah mengadakan kritik jang keras terhadap pemakaian jang tidak mendalam dari Pantjasila: „Pembitjara mengadakan ketjaman bermatjam-matjam sembojan tak berisi jang diulang-ulang tak habis-habisnja. Pantjasilapun, tjampuran beberaa pengertian jang bertentangan, masih harus diisi. Kita harus mengetahui dengan tepat, djelas dan njata, hendak kemana kita, apa tudjuan pengadjaran dan pendidikan kita. Kita harus mengadjar bangsa kita berpikir rasional, zakelijk, berdasarkan ilmu pengetahuan. Kalau kita hendak menempati tempat kita dalam barisan bangsa-bangsa sebagai orang jang sederadjat, haruslah kita beladjar mengarahkan perhatian kita kedunia internasional. Sedjarah menundjukkan bagaimana sesuatu kebudajaan jang timbul disuatu tempat jang tertentu, diambil oleh bangsa-bangsa lain dan dikembangkan selandjutnja sebagai kepunjaan bersama” (Demikianlah perselah tentang rapat tahunan jang tersebut tadi).

Kritik ini telah berakibatkan suatu kegemparan. Dalam suatu in