Halaman:Pantja-Sila oleh H. Rosin.pdf/56

Halaman ini telah diuji baca

untuk rumah, jang didirikan diatas fondamen ini. Rumah jang didirikan diatas Pantjasila itu adalah Negara Indonesia. Djadi Pantjasila itu ada untuk Negara Indonesia. Pantjasila sendiri bukanlah suatu rumah untuk didiami. Dalam prinsip-prinsip tiada seorangpun jang dapat tinggal. Prinsip-prinsip harus mendjadi kelihatan dan dapat diraba. Hal ini terdjadi dalam negara jang didirikan diatas Prinsip-prinsip ini. Negara adalah suatu usaha untuk mewudjudkan suatu ideal mendjadi kenjataan. Radja Iskandar memerlukan lima orang penasehat. Akan tetapi kelima penasehat itu membutuhkan Radja Iskandar untuk melaksanakan rentjana-tentjana mereka.

Rentjana tidak selamanja sesuai dengan pelaksanaan. Akan tetapi tidak ada seorangpun akan mempersalahkan pengusaha bangunan, djika ia hanja dapat mewudjudkan gambar architect jang disusun dengan baik sebahagian sadja, disebabkan kekurangan bahan. Demikian djuga, terutama pemuda tidak boleh mendjadi kurang sabar, djika prinsip-prinsip jang mereka muliakan, tidak dapat diwudjudkan dengan sekaligus. Idealisme jang berapi-api dari Pantjasila harus berdjalan dengan disertai realisme jang tenang dari ketatanegaraan. Hal ini tidak ada hubungannja dengan scepticisme jang melumpuhkan tenaga bekerdja, dan pessimisme jang memutuskan pengharapan dan merugikan pembangunan Negara. Sebaliknja, perhubungan idealisme dan realisme ini adalah tanda suatu sikap jang tidak pernah menghentikan perdjuangan, walaupun mendjumpai banjak kekurangan dan keketjewaan.

3) Akan tetapi sekarang, apakah Negara itu mempunjai tudjuan padanja sendiri? Tidak! Negara djuga hanjalah suatu alat sadja, bukanlah tudjuannja sendiri. Radja Iskandar bertindak bidjaksana; dipilihnja petani itu sebagai penasehat pertama. Lama kelamaan ia tidak dapat mengelakkan pertanjaan-pertanjaan ini: Untuk apakah aku ini djadi radja? Untuk apakah perbendaharaanku diisi? Untuk apakah aku ini bergerak dengan bala tenteraku? Untuk apakah aku ini memupuk segala ilmu pengetahuan? Untuk apakah aku ini mendjundjung agama? Untuk apakah sebetulnja? Untuk negara para pendeta? Untuk negara para ahli? Untuk negara militer? Untuk negara para saudagar? Apakah pemerintah harus berpangkalkan kasta pendeta atau perguruan tinggi? Apakah diktatur militer jang achirnja harus mempunjai kekuasaan ataukah diktatur uang?

Empat orang penasehat telah berbitjara. Jang kelima tutup mulut. Akan tetapi apabila radja memandang ia, maka sekonjong-konjong

52