Halaman:Pantjasila oleh Ki Hadjar Dewantara.pdf/25

Halaman ini tervalidasi

- 19 -

tulnja sila tadi selengkapnja harus berbunji: kepertjajaan kepada Tuhan jang Maha Esa. „Esa" berarti „Satu", sedangkan perkataan „satu" itu dalam ilmu atau kesenian bahasa, atjap kali terpakai dalam arti „sempurna". Djadi „Tuhan Jang Maha Esa" boleh diartikan sebagai „Tuhan jg semata-mata Satu" (tidak dua, tiga atau lebih), namun boleh pula diartikan sebagai Tuhan Jang Maha - Sempurna". Dalam hubungan ini hendaknja dimengerti, bahwa perkataan „satu" dan „sempurna" itu memang ada hubungannja. Sesuatu jg sempurna itu selalu merupakan kebulatan jg wutuh dan satu bukan kumpulnja bagian jg terpetjah belah atau bertjerai-berai.

Kepertjajaan kepada Tuhan. . . . . . dalam so'al ini pun harus sebelumnja kita mengetahui akan adanja aliran², jang tidak suka menerimanja. Kaum „vrijdenkers" misalnja, jang kebanjakan menjebut dirinja dengan nama „materialis" (hanja pertjaja pada alam- kebendaan), atau dengan sebutan „naturalis" (hanja pertjaja pada kodrat - alam atau natuur) tidak suka menerima Ke - Tuhanan. Kalau dalam so'al ini kita ambil pokoknja sadja, maka sebenarnja manusia itu, baik ia seorang beragama maupun seorang materialis atau naturalis, pertjajalah dia terhadap adanja kekuatan atau kekuasaan jg sempurna, jg wutuh, jg maha - besar, jg menjebabkan adanja alam dunia jg bersifat serba „rahasia" ini. Adanja bintang² jg ta' dapat terhitung, matahari jg amat adjaib, adanja tumbuh²an jg semuanja dikuasai oleh kodrat-alam, lalu dapat tumbuh setjara tertib, hingga manusia jang berbudi dapat menemukan hukum2-nja tumbuh, adanja manusia jg sangat gaib sifat hidupnja dan bahwa hanja sebagian sadja rahasia² jang telah dapat diterangkan setjara njata oleh ilmu pengetahuan . . . dan lain2 isi seluruh alam-dunia jg serba rahasia itu, semuanja tadi ta' boleh tidak mendorong manusia untuk pertjaja akan adanja kekuatan atau kekuasaan, jang sempurna, jg berpangkalan menjebabkan segala keadaan dan kedjadian dunia ini. Disinilah timbul pengertian „Tuhan" dalam kalangan orang2 jg beragama. Dalam pada itu kaum materialis dan naturalis tidak suka menerima pengertian dan sebutan „Tu-