Halaman:Pantjasila oleh Ki Hadjar Dewantara.pdf/26

Halaman ini tervalidasi

- 20 -

han" tadi, dengan hukum takdirnja. Mereka mengadakan hukum sendiri, jang dinamakan Hukum „Hukum sebab dan dan kedjadian" (Wet der Causaliteit), jg menganggap, bahwa tidak ada kedjadian jg tidak ada sebabnja, atau sebaliknja: tiap2 sebab tentu mengakibatkan kedjadian. Pengertian Tuhan diganti dengan „Natuur".

Bagaimanakah laku fikiran para penganut adjaran agama? Dalam pokokoja sama, ta' berbedaan! Agama mengadjarkan, bahwa termasuk dalam kodrat - iradatnja manusia, ialah mentjahari Tuhan, menjembah - njembah Tuhan, jakin sebelumnja (à priori) akan adanja Tuhan, jg Maha-Kuasa, jg Maha Esa, jg Maha Agung, jg Maha - Adil. Adanja Tuhan dianggap sebagai suatu „dogma" atau „wet" kenjataan-pasti, jg ta' dapat dibantah. Para tjerdik - pandai jg beragama, se, djak dahulu, senantiasa menjelidiki dan mempeladjari segala rahasia2 alam lalu menetapkan hukum2 alam, hukum kedjadian, hukum kenjataan (kasunjatan), hukum hidup-kemanusiaan, dll. Dengan demikian lambat-laun dapat terbentuk systeem peladjaran, systeem ilmu-pengetahuan dan filsafat-systeem kenjataan, jg semuanja dinamakan Agama. Sebelum manusia menginsjafi, mengetahui dan mengarti hukum2 tadi, biasanja manusia menjembah2 benda2, jg olehnja dianggap bahwa disitulah letaknja kekuatan dan kekuasaan jg maha-agung. Disitulah timbulnja Animisme, jg menganggap, bahwa semua benda2 di alam dunia ini berdjiwa serta dapat menjebabkan keselamatan, kebahagiaan, dan kebalikan2-nja: kesengsaraan, ketjelakaan dsb.

Bukankah laku - fikiran ini dalam pokoknja sama dgn laku - fikiran para naturalis dan materialis? Kalau ada perbedaan, maka perbedaan itu terletak pada bedanja nomenclatuur (nama-nama dan istilah), bedanja beberapa kesimpulan (sebagai akibat analyse-nja masing2) dan . . . . . (disinilah, letaknja pokok perbedaan) perbedaan adjaran kebadjikan, kesusilaan, keadaban, ig dlm bahasa asing disebut Ethik dan Moral. Inipun adalah akibat jg dengan sendirinja terdjadi karena bedanja tjara analyse (jaitu tjaranja memetjah - petjah persoalan). Dalam hal ini saja sendiri berkejakinan, bahwa masih selalu dapat diadakan djembatan, untuk