Halaman:Pantjasila oleh Ki Hadjar Dewantara.pdf/30

Halaman ini tervalidasi

― 24 ―

dan adanja „tali-kesatuan” djenis dlm arti jang luas dan umum. Dan djenis jang sedemikian itu ta' bukan dan ta' lain ialah sifat peradaban dan kebudajaan. Memang sebenarnja „kebangsaan” itu pada tingkat jang pertama adalah pengertian kultureel, pengertian adab dan kebudajaan. Baru sesudah itu „kebangsaan” nampak sebagai pengertian politik. Seorang jang disebut „nasionalis” adalah pertama - kalinja orang jang tjinta bangsa, jang mendjundjung tinggi bahasanja sendiri, keseniannja sendiri, adat-istiadatnja sendiri dsb dan barulah kedua kalinja ia ada seorang, jang ta' suka didjadjah bangsa lain dan sanggup mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negaranja sendiri. Dalam pada itu betul dan benar. menurut kejakinan saja sendiri, ialah harus adanja berbarengan kedua-duanja sifat tadi. Bersendi pada djiwa perasaan memang „kebangsaan” itu soal kebudajaan, namun djiwa pikiran kita menuntut termasuknja arti - politik dalam perkataan „kebangsaan” tadi.

Sebenarnja Kebangsaan itu ada salah satu „lingkaran” atau „cirkel”, ja'ni „alam”, jang melingkungi hidup tiap² manusia. Sebagai „machluk jang terpilih” maka tiap² manusia mempunjai „hidup - diri”, djuga mempunjai „hidup-keluarga”, pula „hidup-masjarakat”. Tiap-tiap bentuk hidup tadi merupakan satu lingkaran jang wutuh satu, dalam mana tiap² manusia mendjadi titik - pusatnja. Tiap² lingkaran tadi mewudjudkan satu alam jang wutuh pula, sedangkan semua lingkaran tadi bersama - sama merupakan suatu susunan jang „concentris”, jaitu bertitik - pusat satu: titik - pusat ini ialah hidup - diri tiap² manusia tadi. Begitulah manusia mempunyai hidup -diri, hidup- keluarga, hidup- kebangsaan, hidup-kemanusiaan, dalam mana ia merasa bersatu dengan lain² manusia, jang bersamaan - hidup, bersamaan-alam atau bersamaan-lingkaran dengan dia sendiri.

Biasanja manusia itu hanja dapat merasai satu alam sadja pada sesuatu saat. Misalnja seseorang, jang sedangnja joang untuk kepentingan bangsanja, biasanja lupa atau tidak ingat, kurang atau tidak memperhatikan akan hidup kelurganja. Baru kalau didalam alam - keluarganja ada apa-apa jang sangat menarik djiwanja (misalnja anaknja mening-