Halaman:Pantjasila oleh Ki Hadjar Dewantara.pdf/31

Halaman ini tervalidasi

― 25 ―

gal), perhatiannja beralih kepada lingkaran - keluarganja, untuk sementara waktu. Pada saat ia merasai alam-keluarganja itu, biasanja ia lupa atau kurang memperhatikan alam-kebangsaannja. Dia lupa djuga biasanja akan alam dirinja dan alam-kemanusiaannja. Memang manusia itu sangat terbatas kesedarannja dalam lingkungan kedjiwaan, jang ia insjafi pada satu saat. Gampang misalnja seseorang menegakkan pendiriannja sebagai manusia jang „luhur" dan „sutji", tetapi. . . . . . selama didalam alam-keluarganja, alam-dirinja dan alam-kebangsaannia tidak ada apa², jang mengganggu pikiran dan perasaannja. Dalam pada itu djangan dilupakan adanja dasar chusus didalam djiwa manusia masing². Ada orang² misalnja, jang memang mempunjai dasar kedjiwaan, jang disebut „individualis" „egois" dan karenanja sangat kuat „rasa-aku"-nja, lalu tidak gampang berpendirian „sosial" atau „nasional"; lebih² bersikap „perikemanusiaan" sukarlah baginja. Demikian pula ada orang², jang memang mempunjai dasar „kemasjarakatan" atau „kebangsaan" atau „kemanusiaan" jang amat kuat. Sifat² kedjiwaannja atau „watak"nja, „karakter"nja jang chusus itulah jang nampak sehari-hari. Hanja djika ada apa² jang sangat menarik perhatiannja, barulah ia tertarik kedalam alam jang lain.

Dalam so'al alam²-kedjiwaan manusia ini, (mulai alam-diri sampai alam-kemanusiaan) ada satu alam, satu lingkaran, jang biasanja sangat mempengaruhi pikiran serta perasaan manusia, (lebih dari pada lain²-nja) jaitu alam-kebangsaan, jang kini sedang kita bitjarakan itu. Rasa Kebangsaan tidak sadja dirasai lebih kuat oleh seluruhnja chalajak dari pada lain²nja, namun rasa kebangsaan itu meliputi chalajak jang lebih besar dan umum dan lebih luas dari pada lingkungan lain²nja. Agar ta' menimbulkan salah faham, hendaknja dimengerti, bahwa ada rasa kedjiwaan atau kebatinan lain, jang sangat kuat dan kerap kali menguasai sepenuh djiwa kita, kadang² bahkan setjara berkobar-kobar. Jaitu misalnja rasa-keagamaan dan rasa-kepolitikan, pendek kata segala „rasa-kebatinan", jang telah meningkat mendjadi „pendirian - hidup" jang pokok. Namun hendaknjalah diingati