Halaman:Pantjasila oleh Ki Hadjar Dewantara.pdf/32

Halaman ini tervalidasi

― 26 ―

bahwa jang kami maksudkan jaitu luas lebarnja lingkungan jang diliputi oleh rasa „kesatuan bangsa". Seluruh masjarakat, jang merupakan satu negara dan satu bangsa, dengan sendirinja termasuk dalam satu lingkungan, ialah lingkungan Kebangsaan tadi. Rasa Kebangsaan dapat meliputi segala golongan itu, karena Kebangsaan mempunjai dasar jg. sangat luas, luhur dan dalam. Dasar Kebangsaan bukan lain dari pada „Kemanusiaan". hal mana nanti akan kami terangkan lebih djelas.

Factor lain, jg, menjebabkan rasa - kebangsaan itu berpengaruh besar kepada djiwa manusia, ialah karena rasa-kebangsaan itu merupakan lipat-gandanja rasa - diri dari orang² jang bersamaan nasib, djadi menurut adjaran masa-psychologi, bersifat sangat kuat dan sangat keras, hingga dapat melenjapkan rasa - diri perseorangan. Demikian pula rasa - kemanusiaan, jg termasuk dalam lingkungan - alam jg lebih luas dari pada lingkaran-kebangsaan, ta' dirasai sekeras rasa - kebangsaan, dan oleh karenanja tidak mudah dapat melemahkan rasa-kebangsaan. Untuk mendjaga, djangan sampai gerak-gerik rasa-kebangsaan tadi melampaui batas - peri- kemanusiaan atau menjalahi kodrat - iradatnja hidup - pribadi manusia, maka perlulah sebaliknja, kita selalu menginsjafi benar², adanja hubungan jang erat antara sifat hidup - kebangsaan, tidak sadja dengan hidup - diri - pribadi, namun pula dengan hidup-perikemanusiaan. Sjukurlah didalam Pantja-sila, tjita² kebangsaan itu telah terbatas dengan sendiri, karena adanja sila-sila lainnja. Dalam pada itu sebaiknjalah kita menarik garis² sebagai jang berikut:

  1. djangan sampai hidup-kebangsaan itu melanggar atau bertentangan dengan sjarat „perikemanusiaan"; insjafilah, bahwa kebangsaan" itu bentuk chususnja „kemanusiaan";
  2. djangan sampai hidup-kebangsaan menindas „hidup pribadi" manusia; baik lahir maupun batin; ingatlah pada sila² kedaulatan rakjat" dan „keadilan sosial";
  3. hendaknjalah kita senantiasa bersendi kesutjian seperti terkandung dalam sila „ke-Tuhanan".