Halaman:Pedoman Umum Ejaan Bahasa Minangkabau 1990.pdf/48

Halaman ini telah diuji baca

39

Misalnya: "Cetak biru" adolah istilah dalam grafika.
Lah dibaconyo "surek nahu" tu limo ari nan lalu.
Itu namonyo mamak "makan" kamanakan.
Si Kulih digalai "si Kaliang" dek kuliknyo itam.
Catatan:
a. Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris tanpa spasi.
b. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya: Kato Bapak Dewan, "Karano ari alah realare, lalok kito lai."
c. Tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di muka tanda baca penutup kalimat.
Misalnya: Si Kulih digalai "si Kaliang".

M. Tanda Petik Tunggal ( '...' )

1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam tanda petik.
Misalnya: Amai batanyo, "Apo labonyo ang pai piknik ka Bunguih tu?"
"Ka ma 'si Kaliang' tadi?" tanyo Uni Baheram ka ambo.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing, (Lihat juga pemakaian tanda kurung, Bab IV, Pasal J.)
Misalnya: Banyak urang piknik 'jalan-jalan' ka Pantai Bunguih.
Kato up grading 'penataran' masih banyak digunokan urang.

N. Tanda Garis Miring (/)

1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor dan kode surat atau nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.