Halaman:Pembalesan Kedji.pdf/154

Halaman ini tervalidasi

— 154 —

ia poenja toesoek konde pada Liang-giok boeat didjadiken satoe barang tanda mata. Dan sekarang, salagi ia rebahken diri di atas pembaringan, pikirannja laloe berkoempoel djadi satoe, menginget sasoeatoe bagian jang paling sedap dari itoe tjerita Djitohbwee, habis plahan-plahan ingetannja laloe melantjong ka laen tempat, dan boeat pangenan pada Bong-loan, kamoedian laloe ia berkata pada diri sendiri dengen soeara tida kadengeran njata:

„Bwee Liang-giok dapet soesa soeda katemoe sama Heng-goan. Goea sekarang nanti merasa senang sekali kaloe bisa terangkep sama Bong-loan jang tida brentinja trima seksahan dari mah kwalonnja."

Habis kata begitoe Hoei-djin mengelah napas pandjang, dan sasoeda berdiam sakean lama laloe ia berpikir dalem hati:

„Tapi orang toewa samoeanja maoe lekas-lekas kawinin goea sama laen orang; tjilaka betoel kaloe sampe djadi begitoe."

Laloe ia mengelah napas kombali, dan di saat itoe djoega lantas hilang sama sekali ia poenja napsoe boeat tidoer, ia berbangkit, berdjalan plahan-plahan ka blakang, boekah pintoe, dan teroes bertindak kadalem kebon.

Sakean lama ia berdiri dalem gelap-goelita di bawah poehoen mangga, kamoedian laloe ia berdjalan di antara pot-pot kembang jang ada di sitoe.