Halaman:Pembalesan Kedji.pdf/186

Halaman ini tervalidasi

— 186 —

„Eh, kaloe owee si-maen engga takoet kalah," kata Kek-hoay jang doedoek bersilah dan bersa-limoet dari kaki teroes sampe pada poendaknja jang kanan. „Hajo da ko Dian-hoei; sekarang boleh pasang sampe nohtjeng: nantinja boleh naek lagi."

„Ja, ko Dian-hoci," kata Soei-kian, ,hajo da ga-roek oewangnja Kek-soen dan Kek-hoaij: dia orang kaja tah! Lagi samalem dia soedakantongin doeit orang, ada adja kaloe kata anam riboe ma."

„Lo, ko dateng-dateng owee lantas disoeroe ngedjagoin,“ kata itoe orang Pekalongan; „Owee mana boleh dibandingin dia doewaän iki. Dia kalah doeitnja masi ada iagi: owee salah-salah ko boleh djalan kaki poelang ka Kalongan."

„Hala orang Kalongan Soedalah djangan banjak moeloet," kata Kek-hoaij dengen memaen, dia soeda kantongin kita poenja oewang, sekarang bolehnja bisa lagi dia berlaga pilon."

„Lo, ini orang si lantasnja maoe moesogin kita sadja," kata Dian-hoei dengen tertawa. „Apa mengkali dia kapingin digaroek lagi doeitnja ha?"

„Soeda diam," kata Kek-hoaij. „Engga maoe pasang soeda, boleh nongkrong sadja liatin di sini poenja boekahan."

Samantara itoe Kek-soen, jang doedoek di sampingnja Kek-hoaij, lantas pegang lopa-lopa, bantingken itoe, kamoedian laloe berseroe: