— 20 —
kata ia poelah, seraja masoekin kombali dompetnja dalem kantong badjoe.
„Saia boental itoe didalem hati, ba. Sekarang soeda poetoes kita bitjara, dan saia maoe poelang. Baba traoesa kwatir, ini perkara soeda boleh ditentoeken. Ibarat makan nasi, nasinja soeda ada di piring.“
Sambil kata begitoe Emot gendong kombali boengkoesannja dan laloe berdjalan kaloear.
Kek-soen rebah kombali di pembaringan, tapi sekarang ini dengen hati berdebar-debar. Ia merasa itoe tempo satengah boelan ada terlaloe lama, kerna ja poenja napsoe birahi, jang memang soeda berkoempoel djadi satoe sadari ia tergila-gila pada Kim-nio, sekarang oleh kerna itoe nona jang diharepin soeda menikah dan bertambah lagi dapet mendenger bitjaranja Emot, lantas djadi mengamoek samingkin keras dalem ia poenja toeboe.
Pada poekoel anam ia berpakeh-pakeh dan berdjalan poelang.
Koetika hari soeda djadi gelap, laloe dengen diam-diam ia berdjalan sendirian masoek ka Gang Toko. Seperti gila ia berdjalan teroes sampe ka oedjoeng, sembari menoleh pada satoe-satoe roemah, tapi pengabisannja tida djoega ia dapet meliat pada Soan-nio.
Ia tida taoe betoel di roemah jang mana nona itoe tinggal, dan oleh kerna gang itoe ada boen-