— 373 —
gota dari roemah pelesiran di Djembatan Doewa ada doedoek berkoempoel di satoe medja. Ban-tjoan, jang anggap dirinja masi teritoeng pada itoe kaoem, soeda toeroet doedoek bersama-sama. Mira soeda pegang kerdjahan seperti wajang tjokek.
Sabagimana biasanja, Ban-tjoan ada berlakoe kotjak sekali dalem itoe perdjamoean. Sigra djoega dateng waktoe, dimana wajang-wajang diwadjibken menoewang arak bagi sakalain tetamoe. Mira, jang memang boleh teritoeng djoega ada djadi anggota dari roemah pelesiran Djembatan Doewa, laloe me-wadjibken diri boeat melajanin sadja ia poenja baba-baba jang doedoek berkoempoel di sato medja. Ia moelahi toewangin arak di gelasnja Kai-slok, jang doedoek di tangan kirinja Ban-tjoan, dan tatkalah soeda mengider sampe di gelasnja it-ban, jang doedoek di tangan kanannja anak moeda itoe, lantas ia berlaloe. Gelasnja Ban-tjoan tinggal kosong.
„Hei, Mira, mari!“ berseroe It-ban.
Boengah raja itoe dateng mengamperi.
„Gelasnja ba Ban-tjoan loe belon toewangin,“ kata poelah itoe anak moeda.
„Saia engga ada poenja arak boeat dia,“ dja-wabnja Mira.
„Engga ada pergi toh ambilin lagi,“ kata Kai-siok.
„Saia engga bisa ambilin boeat dia.“
„Do, baroe sekarang loe bisa kata begitoe,“ kata Ban-tjoan.