— 53 —
Soei-kian. „Owee ambil bagian jang salebinja tiga riboe.“
„Kaloe begitoe, djadi !“ kata Dian-hoei.
„Baek,“ kata Kek-hoaij, ,tapi inget, ini boeat pengabisan kali: siapa jang menang boleh djalan poelang dengen tida boleh dihalangin. Soeka begitoe?"
„Djadi,“ kata Soei-kian.
„Ja djadi,“ kata Dian-hoei, seraja tioep-tioep ia poenja tangan.
Laloe orang moelahi tarik kartoe, dan sakali ini dengen lebi soenggoe-soenggoe dari jang soeda-soeda. Kamoedian orang bertaroeng dengen amat sengit, samantara Ek-tjong dan Soei-kian, jang tida toeroet maen, tinggal meliatin dari blakang. Medja sampe djadi tergeser lantaran klakoeannja Kek-hoaij jang satengah nekat, dan achirnja adalah Dian-hoei jang dapet kamenangan.
Kek-hoaij banting ia poenja oewang kakalahan diatas medja, ambil topinja, dan lantas berdjalan poelang. Sabelas riboe lebi ia poenja oewang soeda anjoet di medja djoedi !
Samantara Dian-hoei, Soei-kian dan Ek-tjong sedeng mengitoeng-itoeng masing-masing poenja kakalahan dan kamenangan, Kek-hoaij soeda ada ditengah djalanan Kampoeng Baroe jang sepi, seraja berkata pada diri sendiri:
„Kaloe Hoaij-wan dapet taoe ini perkara, tentoe goea digrendengin tida bisa soeda."