Halaman:Pembalesannja Kawanan Liang San.pdf/339

Halaman ini tervalidasi

— 338 —

mempoenjai peladjaran lebi tinggi dan sakti, maka orang jang mempoenjai kapandean besar, meinang pantes dihormat oleh sakalian pendoedoek.”

„Tapi, sabelonnja pengadoean ilmoe dibikin,” kata poela ito Todjin koeroes sambil memandang pada orang banjak jang ada ti sakiternja lapangan: „biarlah di sini Pinto kenalken diri, soepaja orang banjak tida djadi kiroe pada orang pertapahan jang bener, kerna ini djaman memang ada banjak padri-padri dan orang tida karoeanan jang maoe dagangken kapandeannja, sakedar boeat dapefken oewang dan hormatnja orang-orang jang koerang mengarti,”

Sembari kata begitoe, si Todjin melirik ka panggoeng sebla Koelon. Dan perkatahan itoe boe kan Jaen dari pada hendak hinaken lawanannja, aken mengagoengken diri sendiri. Tapi Oan Swie jang denger itoe perkatalian tinggal berdiam sadja sampe itoe Todjin brenti bitjara.

Itoe Todjin koeroes teroesken bitjaranja lebi djaoe:

„Pinto ini bockan laen dari mouridnia Baginda Keizer jang sekarang poenja Koksoe, jang terkenal dengen nama Lieur Leng-sok, sedeng Finto sendiri poenje nama jalah Kwe Keng, Dan dateng koe ka mari ada atas Tjoenkhwa poenja oendangan boeat membeladjar ilmoe-ilmoe kasaktian. Tapi dengen tida sekali didoega, sataoe dari mana datengaja poenja setan alas jang mengaкoe djoega djadi Toch dan maoe tjoba bertanding kasakit-