Halaman:Pembalesannja Kawanan Liang San atawa Koempoelan Orang-orang Gaga jang djadi Satroenja Kawanan Dorna v. 03.pdf/108

Halaman ini tervalidasi

— 108 —

inginan, kaloe kahendak itoe bisa disatoedjoe, pastilah ini paperangan jang ditoenda, dibrentiken teroes?“

„Apa jang soeda terdjadi, biarlah tida oesah dibitjaraken lebi djaoe“, kata radja dengen soeara pelahan: „dalem ini perkara, sasoenggoenja moesti diakoeh, bahoewa lantaran kami poenja kalembekan hati, maka djadi tebit paperangan. Tapi kaloe pertempoeran ini tida dibrentiken, pastilah bakal membinasaken banjak djiwa manoesia, inilah kami tida ingin. Tapi boeat berdami, tentoe tida bisa dengen tjara begini sadja, sedikitnja pasti kami moesti serahken djoega ini tachta, boekan?“

„Itoelah ada dengen sapantesnja,“ saoet Gak Ho dengen soeara adem, sedeng hatinja merasa girang.

„Tapi, maski boeat serahken ini tactha ada dengen atoeran pantes,“ kata Radja Siamlo dengen hati terharoe: „toch kaloe inget bagimana ini karadjahan ada warisan dari laloeloer, jang bermoela boeat dapetken ini ada begitoe soesa dan pajah, soenggoe kami poenja hati djadi merasa amat piloe. Sekarang, boeat pokohnja ini perdamian, haroes kami kasi taoe maksoedkoe jang sasoenggoenja.“

„Maksoed apatah itoe ?“ menanja Gak Ho.

„Kami poenja permisoeri, jang ada berasal