- 12 -
mana adanja dan asalnja segala dzat dan sipat jang soedah diketahoei dan dirasai goenanja, nistjaja tiada tjoekoep kaloe dipriksa sadja dzat dan sipat jang mémang ada, dan djoega tiada tjoekoep dengan toedjoekan pikiran pada dzat dan sipat jang lagi ditjari oleh ilmoe kepintaran, jang oemoemnja kira dan sangka bahoea kehidoepan manoesia didalam doenia ini soedah poetoes bagitoe sadja apabila kedatangan mati. Maka bdéekan sadja kita mesti priksa dan tilik — bagaimana adanja, tetapi djoega bagaimana tiadanja azat dan sipat jang dipikir. Inilah dinamai pengertian ilmoe oesoel, jang biasa dipakai oleh oelama-filsafah didalam atau diloear agama.
Njatalah didalam ilmoe bitjara dan bahasa, didalam ilmoe kepintaran wetenschap, dan didalam ilmoe oesoel, boekan sadja perloe dipakai pantja-indria, tetapi teroetama akal pikiran. Maka disini kita oelangi lagi bédanja, soepaja terang pada pembatja toedjoeannja pengertian tiga matjam diatas ini;
pertama: ilmoe bitjara bermaksoed akan mengerti perkataän jang keloear dari akal; kedoea: ilmoe kepintaran (wetenschap) bermaksoed akan mengerti oentoeng- roeginja jaitoe goenanja tiap-tiap keadaän; dan ketiga: ilmoe oesoel bermaksoed akan mengerti, boekan sadja goenanja, tetapi djoega maoe mengerti bagaimana asalnja dzat dan sipat jang soedah dirasai oentoeng-roeginja.
Dari sebab itoe, kita tiada boleh bantah, jang ilmoe oesoel lebih tinggi deradjatnja dari segala ilmoe, karana menoendjoekkan manoesia tiada poeas dengan mengambil oentoeng sadja
dari sesoeatoe keadaän, tetapi maoe mentjari moela asalnja dari mana datangnja oentoeng-roegi. Boekan sadja maoe tahoe djalannja boleh didapat oentoeng jang lebih pandjang dari kehidoepan didalam doenia jang sebentar boleh hilang, tetapi djoega maoe tahoe kepada siapa patoet berterima kasih.
Soedah tentoe sadja, ilmoe kepintaran, jang maoe tahoe goenanja segala keadaiän, mesti toedjoekan djoega akalnja peda dzat dan sipat jang barangkali ada dan barangkali tiada, inilah sama djoega dengan kelakoeannja ilmoe oesoel. Dari sebab itoe, ini doea ilmoe mesti pakai atoeran akal.
Dan kaloe manoesia poenja akal, —sama sadja didalam ilmoe kepintaran atau didalam ilmoe oesoel,— soedah sanggoep dan mampoe akan menetapkan bagaimana adanja dan tiadanja dzat dan sipat jang dipikir, baroelah dikata mengerti didalam atoeran atau ilmoe akal, tetapi kaloe tiada mampoe, inilah tandanja
tiada mengerti, karana akal soedah tiada dapat memoetoeskan.
Maka didalam ilmoe akal, adalah teroetama doea djalan jang dipakai bertindak akan mentjari dzat dan sipat jang beloem dikenal, iaitoe pertama dinamai ilmoe „analyse” jang
- 13 -
menentoekan lebih dahoeloe dzat dan sipat jang ditjari sebagai soedah dikenal, komdian tilik segala thabéätnja jang boleh didapat berhoeboeng dengan dzat dan sipat jang soedah dikenal; sedang ilmoe jang kedoea dinamai „synthese” jang ambil djalan sebaliknja iaitoe tilik dahoeloe dzat dan sipat jang mémang ada akan dapatkan jang ditjari.
Demikianlah ilmoe analyse boleh menentoekan kebenaran pendapatannja dengan timbangan diloear pantja-indria sadja. Oepamanja bagini: Adalah kita soedah tahoe lebih dahoeloe tiap-tiap benda, barang (atau badan) tentoelah
loeas, maskipoen bagaimana ketjilnja pasir, mengambil tempat didalam oedara, lebih njata kaloe masok didalam aer, nistjaja aer tergerak akan memberi tempat pada pasir, inilah tandanja diada ada benda jang tiada loeas, apapoela kaloe benda jang besar semangkin njata penoehnja. Maka kita terpaksa menetapkan segala benda mempoenjai sipat loeas, biarpoen kita beloem kenal bagaimana matjamnja, tiadalah dapat dibantah loeasnja, sama djoega tiap-tiap cirkel wadjib boendarnja, tiap-tiap oedjoeng wadjib poetoesnja, tiap-tiap tjahaja tentoe terang, inilah tiada oesah di-oedji lagi, tiada perloe diboektikan dengan mata-kepala, karana sipat bagitoe dinamai thabéät, jang kebenarannja soedah njata.
Disini kita djangan kliroe bédanja adat dengan thabéät, karana adat tiada boleh dipégang ketetapannja, boekan sadja karana bersoesoen-tindih dan beroelang-oelang kedjadiannja, oepama tiap-tiap lapar karana tiada makan, dan tiap-tiap kenjang karana makan; tetapi ada lapar, maskipoen soedah
makan, dan ada kenjang maskipoen tiada makan; apapoela kaloe makan tiada di-oelangi, nistjaja kenjang djadi lapar kombali. Inilah tandanja adat tiada memberi kepoeasan.
Adalah thabéät memberi ketetapan jang poeas. Tandanja kaloe kita tarik beberapa garisan diantara doea titik, nistjaja kita dapatkan bahoea garisan jang lempang itoe péndék sendiri, dan garisan-garisan jang tiada lempang nistjaja lebih pandjang. Dan bagaimana djoega kita bikin dan oelangi seriboe kali, nistjaja tetap garis lempang lebih péndék dari garis jang melengkoeng atau bingkok, inilah mendjadi boekti bahoea wadjib lebih péndéknja, moestahil bersamaän atau lebih pandjang dengan jang bingkok, dan inilah tandanja thabéat memberi ketentoean. Demikianlah ilmoe analyse tiada berkehendak kepada boekti, atau dikata djoega: tiada berhadjat kepadé dalil.
Maka berbedaiän dengan ilmoe „synthese” jang berhadjat kepada dalil atai boekti. Adapoen goenanja ilmoe synthese akan membikin lebih terang keadainnja lain-lain sipat diloear
thabéiat jang berdiri pada dzat. Oepamanja kita kata ada tjahaja jang merah, ada nona jang manis, ada poehon jang tinggi, inilah boekan thabéät, tetapi sipat jang loemrah, maka perloe