Halaman:Penghidoepan Radja Belgie.pdf/394

Halaman ini tervalidasi

— 348 —

soeatoe apa, tapi kaloe orang kliwat banjak dapet kadoekahan hati dari anak-anaknja," — dan ia tertawa berdjekak-djekak — „tentoe orang tida nanti maoe tinggalken goedang poesaka boeat itoe segala pengrongrong poenja kasenangan!"

 „Tapi poetri-poetri baginda toch tida berboeat soeatoe apa, jang boleh membikin satoe ajah djadi pata hati!"

 „Kaoe boleh kata sadja begitoe! Tapi tjoba andeiken jang dirimoe ada djadi Sri Maha Radja dari karadjahan Belgie. Apa kaoe nanti tinggal merasa senang, djika kaoe poenja poetri-poetri rendahken deradjat dirinja, seperti menikah pada saorang jang malaenkan bergelar graaf?"

 Mendenger ini djoega Mathilde tertawa geli, dan seraja angsoerken tangan pada Lucien, ia berkata:

 „Apa kaoe tida niat djalan-djalan sedikit?"

 „Dengen soeka sekali, Mathilde, tida soeatoe hal membikin hatikoe lebi senang dari ada bersama-sama kaoe! Boeat apatah djoega manoesia hidoep di doenia?"

 Sakoetika lamanja iaorang bergendengan tangan dengen tida oetjapken satoe perkatahan, seperti maoe rasaken betoel-betoel hati poenja broentoeng.