Halaman:Penghidoepan Radja Belgie.pdf/428

Halaman ini tervalidasi

— 380 —

Matahari tida sedikit ada menoendjoeki roepanja. Boenji meriam jang menderoe dan berdengoeng di sa'antero kota Brussel, ada bikin orang jang mendengar, djadi dapet pengrasahan seram. Langit poenja paras jang begitoe moerem, soeda bikin samoea pendoedoek djoega djadi toeroet-toeroet merasa sedih.

 Lebi tida enak lagi kaliatannja djalanan sama lentera-lenteranja jang disaloeboengi. Lontjeng berboenji beroelang-oelang, sabagi aken menggeraki orang poenja hati . . . Tapi itoe samoea hal jang mendoekahken, tida mendjadi soeatoe halangan bagi beriboe-riboe orang, jang djalan seraboetan di sana-sini, aken meliat baginda dikoeboer.

 Sigra kadengeran boenji nafiri.

 Perarakan mendatengi.

 Oedjan toeroen megerintjik dengen tida brenti . . . . dan orang mengiring maitnja Sri Maha Radja Leopold II ka St. Gudule.

 Liwat sedikit poekoel sabelas, perarakan itoe masoek kadalem itoe gredja. Kamoedian, sasoeda orang lakoeken oepatjara, laloe peti mait digotong kombali kadalem kreta, aken dibawa ka Laeken.

 Samantara itoe oedjan brenti. Samoea