Tempat-tempat yang mempunyai kaitan dengan sejarah keperahuanpun tidak banyak kita temukan di Madura. Di Legung (Sumenep) sebelum jaman kemerdekaan pernah jaya suatu jenis perahu besar yang disebut ’’Padduwang’’. Padduwang merupakan bentuk terakhir perahu besar bercadik ganda, umurnya hanya sampai tahun 1949, kemudian rusak. Bekas-bekas perahu ini dipagari dengan aman di Legung, bahkan dikeramatkan sampai sekarang.
Jenis lain yang lebih kecil adalah perahu ’’Karoman’’, juga merupakan jenis terakhir yang masih dapat kita lihat sisa-sisanya sebanyak dua buah di Legung.
Di desa Muangan dekat Nambakor Sumenep, pada saat sekarang kadang-kadang masih terdapat sisa-sisa perahu kuno yang tidak dapat direkonstruksikan lagi bentuknya. Rupanya daerah-daerah tersebut merupakan ’’pembuangan’”’ sampan rusak dari pelabuhan Sarokah di dekatnya, dimana banyak perahu besar berlabuh pada masa lampau. Sedangkan desa Pabian, kota Sumenep, merupakan tempat memungut bea masuk perahu pada jaman lampau, melalui sungai Marengan yang dalam. Tetapi pada jaman sekarang sungai tersebut dangkal sekali, sehingga perahu mundur sejauh sepuluh kilometer.
Desa Jung Cang-cang (Pamekasan) juga mempunyai sejarah sebagai tempat penambatan perahu-perahu pada jaman lampau. Tetapi sekarang tempat tersebut telah jauh dari tempat perahu. Di Pinggirpapas Sumenep ada sebuah makam yang disebut ’’Bju’-Perrang”’ dikeramatkan. Di dekatnya pada masa lalu ada sisa-sisa jukung kuno, Menurut kepercayaan, diceritakan bahwa juga Buju’ Perrang tersebut adalah pahlawan Bali yang berperang melawan Pangeran Lor dan Pangeran Wetan, kemungkinan menaiki jukung tersebut.
Di setiap pelabuhan besar, dapat ditelusuri dan dicari sisa-sisa perahu kuno yang berukir. Edy Setiawan SH, banyak menyimpan bagian badan perahu kuno berukir. Dari motip ukirannya dapat ditarik kesimpulan perwatakan nelayan pada masa yang lalu. Tetapi kesemuanya tidak ada yang dapat menunjukkan angka tahun yang pasti.
Di beberapa pulau bagian timur Madura juga memiliki sejarah keperahuan tersendiri. Sapeken adalah tempat pasar, dimana sepekan sekali perahu-perahu dari segala jurusan dan pulau sekitarnya berlabuh. Oleh karena itu bentuk-bentuk perahunya memiliki kemiripan, Jukung Tiga roda mirip dengan perahu Sande Makasar, Raas dan Tonduk banyak memiliki perahu, yang apabila berlayar meninggal-
9