Halaman:Perbandingan Pendidikan.pdf/148

Halaman ini tervalidasi

tion, Perserikatan Alumnae Wanita dan lain-lain untuk menguruskan soal ini. Kursus-kursus kilat untuk melatih guru-guru taman-kanak- kanak diadakan dalam colleges, universitas-universitas dan oleh badan-badan pendidikan.
Kedjahatan anak-anak sangat meningkat pula dan seperti sudah disinggung diatas, makin terasalah perlunja kegiatan-kegiatan bagi mereka itu sesudah keluar sekolah diwaktu sore. Untuk ini diadakan djuga kursus-kursus kilat untuk menambah djumlah guru-guru jang ada. Kegiatan diluar djam peladjaran (extended school programs) jang berupa permainan-permainan, atletik, sandiwara, hobby, klub. klub dan sebagainja diperkembangkan. Akan tetapi dalam pada itu pelanggaran terhadap peraturan-peraturan perburuhan anak-anak ma- kin meningkat pula, dan dalam tahun 1942 sadja terdapat kenaikan 132% djumlah anak-anak dibawah umur jang dipekerdjakan setjara illegal dan 75% diantaranja berumur dibawah 16 tahun. Kemangkiran dari sekolah meradjalela pula.
Sementara itu banjak pula guru-guru jang meninggalkan pekerdja-annja dan masuk dalam industri perang, dimana gadji lebih besar. Untuk membendung hal jang tidak diinginkan ini beberapa daerah menaikkan gadji-gadji guru dan memberi tundjangan-tundjangan, akan tetapi tidak djuga dapat mengimbangi naiknja harga keperluan hidup. Kekurangan guru ini djuga disebabkan turunnja djumlah orang jang masuk lembaga-lembaga pendidikan guru selama 3 tahun sebelum petjahnja perang.
Dalam tahun 1943 ditaksir bahwa kekurangan guru itu membutuhkan waktu 10 tahun sedikitnja untuk mengatasinja. Pada achir perang ditaksir bahwa lebih dari sepertiga dari guru-guru jang berwewenang dalam tahun 1940 — 1941 sudah berpindah dari pekerdjaan keguruan dan menempati kedudukan jang lebih besar gadjinja dalam industri, perdagangan dan dinas-dinas pemerintahan.

Diatas sudah kita bitjarakan mengenai kesukaran jang terus-menerus dihadapi oleh sekolah-sekolah didaerah pedesaan. Dalam masa pe-perangan jang mendapat kesukaran paling besar adalah daerah pedesaan. Guru-gurunja sangat banjak jang pergi, dan pengangkutan murid-murid (suatu hal jang umum terdapat dipedesaan karena djarak jang djauh-djauh) mendapat kesukaran karena supir-supir masuk angkatan perang dan karena ban mobil serta bensin ditjatu.
Untuk mentjoba memetjahkan soal ini di Gedung Putih dalam tahun 1944 diadakan konperensi para pendidik dimana suatu Piagam Pen-didikan Anak Pedesaan (Charter of Education for Rural Children) dirumuskan. Ditegaskan disana bahwa daerah pedesaan harus diberi segala kebutuhannja dalam pendidikan modern, dan untuk itu padjak setingkat daerah, negara-bagian dan federal harus diikutsertakan.

126