kira-kira 15 atau 16 tahun. Dan ini berarti pembagian sekolah menengah dalam 2 tingkatan jang baru. Tingkatan pertama diachiri dengan
Kelas VIII dalam Sekolah Delapan Tahun jang mendjadi pengganti Sekolah Tudjuh Tahun jang lama. Sekolah Delapan Tahun ini merupakan sekolah wadjib bagi semua anak. Sesudah tamat Sekolah Delapan Tahun itu semua orang harus bekerdja. Dengan demikian terdapatlah persamaan hak bagi semua orang.
Untuk menjelesaikan pendidikan menengah diatas Sekolah Delapan Tahun itu, ada 3 djalan jang dapat ditempuh.
"Pertama", ada Sekolah Menengah Umum untuk pemuda buruh dan pedesaan jang lamanja 3 tahun. Lembaga ini dimaksud untuk mempertinggi pendidikan umum dan menaikkan djuga keahlian kedjuruan anak-anak. Karena semuanja harus bekerdja, maka pendidikan ini bersifat sekolah malam, sekolah bermusim (dipedesaan) ataupun kursus tertulis. Kalau ada jang menundjukkan bakat baik, maka dapat pula djam kerdjanja dikurangi agar dapat menumpahkan perhatian jang lebih besar pada peladjarannja. Murid-murid sekolah djenis ini harus diberi dorongan untuk menempuh udjian-udjian sebagai biasa, supaja kemudian dapat memperoleh idjazahnja. Idjazah penghabisan dari sekolah ini merupakan paspor masuk perguruan tinggi.
Jang kedua jang dapat dimasuki sesudah Sekolah Delapan Tahun ialah Sekolah Menengah Umum dan Politeknis dengan Latihan Produksi, jang sifatnja seperti pendidikan magang. Lamanja 3 tahun djuga dan latihan kedjuruan diatur dengan bekerdja sama dengan badan-badan industri, pertanian, bengkel-bengkel dan lain sebagainja. Djadi dalam sekolah djenis inipun diusahakan kombinasi antara pendidikan politeknis, kedjuruan dan pendidikan umum. Tamatan sekolah ini diberi idjazah djuga berdasarkan hasil latihan kedjuruan dan pendidikan umumnja. Dengan idjazah ini mereka berhak masuk perguruan tinggi.
Jang ketiga ialah Teknikum, jang menjiapkan ahli-ahli menengah disegala bidang.
Djuga akan diberi perhatian jang lebih besar pada sekolah-sekolah berasrama, karena sesuai dengan rentjana pembaruan ini, disanapun
kombinasi jang sebidjaksana-bidjaksananja antara pendidikan umum, politeknis dan kedjuruan harus diusahakan. Malah diharapkan bahwa sekolah djenis ini harus memberi tjontoh jang baik dalam soal pendekatan pendidikan dengan karja berguna.
Kemudian bagi mereka jang paling berbakat dalam bidang musik, korepgrafi dan kesenian lainnja, diadakan sekolah chusus dimana djuga dilatihkan persiapan untuk produksi selain pendidikan umum serta spesialisasinja. Sesudah tamat dari sana, mereka diberi hak pula untuk segera masuk perguruan tinggi.
200