Halaman:Peringetan dari tempo doeloe.pdf/93

Halaman ini tervalidasi

PERINGETAN DARI TEMPO DOELOE.


terang dan sedar, tapi ternjata sia-sia. Ia mendenger soearanja Sian Nio, jang bertreak, „Mamah, ada tetamoe!” Ia paksa angkat kepala dan boeka matanja. Ia meliat Sian Nio ― dengen sama djoega eilok dan moedanja seperti ampatpoeloeh taon laloe ― ada berdiri mengawasi padanja dengen roepa kaget dan dan heran. Tham Tjay melengos dan meremken mata kombali, sebab sekarang ia mengarti jang ia telah terpangsan, dalem waktoe mana memang biasanja ia alamken kaada'an seperti mengimpi, dan dapet liat djoega pada orang-orang jang soedah mati. Ia pikir brangkalih sekarang iapoenja roh lagi melajang-lajang ka alam aloes, ka acherat !

Sabentar lagi ia denger soeara menegor jang mirip seperti soearanja Sian Nio: „Entjek dari mana, maoe apa dateng disini ?” Ia terpaksa angkat kepala dan boeka matanja. Dengen heran ia meliat di ampirnja ada berdiri saorang prampoean Tionghoa kira oesianja ampir ampat poeloeh, dan jang roepa dan potongan badannja mirip seperti Sian Nio, sedeng di belakangnja ada berdiri itoe kekasih.

„Akoe sekarang ada di mana ?” ia menanja pada itoe prampoean.

„Entjek ada di roemahnja Ong Sioe Nio, di Kampoeng Tjendol,” saoet itoe prampoean dengen roepa heran dan koeatir. „Entjek dari mana, dateng disini maoe apa, maoe tjari siapa ?”

„Apa ini boekan noemahnja Njonja Djeli, jang doeloe djadi toekang bikin koewe?” ia menanja.

„Njonja Djeli doeloe betoel tinggal disini tapi soedah lama mati.”

„Apakah kaoe anaknja ?”

„Boekan, ia ada saja poenja mertoea.”

„Ini siapa ?” ia mengoendjoek pada itoe anak

81