Halaman:Peringetan dari tempo doeloe.pdf/97

Halaman ini telah diuji baca

PERINGETAN DARI TEMPO DOELOE.


ngenheran pada itoe njonja, jang sasoedahnja oetjapken itoe toedoehan, lantes tersedoeh-sedoeh menangis, sedeng iapoenja anak prampoean, Giok Nio, dateng menghampiri dan pegangin tangan iboenja dengen roepa koeatir, dan menanja, „kenapa, mama, ada oeroesan apa sama ini empe?”

Tham Tjay paksa dirinja boeat berdiri, menghampiri pada Sioe Nio sampe deket sekalih, dan berkata:— „Siapakah kaoe? mengapakah kaoe bilang begitoe? Siapakah jang kasih taoe padamoe itoe lelakon sedih dari tempo doeloe?”

„Saja ini ada satoe dari orang-orang jang mendjadi korban dari Ong Tham Tjay poenja perboeatan jang koerang pikir dan kedjem !” ia menjaoet. „Jang kasih taoe itoe ada saja poenja mama sendiri, Sian Nio, jang telah disia-sia oleh Ong Tham Tjay satengah djalan!”

„Anak dari Sian Nio!” treak Tham Tjay dengen kaget dan heran. „Boekankah itoe anak prampoean soedah meninggal lebih doeloe dari mamanja?”

„Jang meninggal ada saja poenja soedara tiri, anak dari Lim Sam,” saoet Sioe Nio. „Saja sendiri, sadari dilahirken dengen tjara semboeni di Batavia, ada dikoekoet oleh laen orang dan belon perna toeroet pada saja poenja mama koetika ia menika dan hidoep bersama itoe orang Tionghoa totok.”

„Djadinja, kaloe begitoe kaoe. . . . kaoe..... kaoe ini..... ada..... anakkoe sendiri?” meratap Tham Tjay dengen soeara goemeter.

Apa penjaoetannja Sioe Nio ia tida dapet denger. Itoe katerangan mengedjoetken jang ia dapet, membikin hati dan pikirannja tergontjang begitoe keras hingga Tham Tjay, jang memang

85