Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/106

Halaman ini tervalidasi

107

POLA-POLA KEBUDAJAAN

dan hidup sebagai wanita pula dan dikalangan suku ini diakui sebagai makelar²-kawin dan ,,orang² jang ramah-tamah”. Meréka inilah jang membawa skalpa², Orang² tua, taki² dan perempuan, muntjul sebagai badut² dan ada beberapa diantara meréka memakaibadju peradjurit, dan skatpa²nja merupakan pusat upatjara².

Siapa jang melihat kedua tari²an itu pasti mengetahui betapa besar perbedaannja satu sama lain: Tari-skalpa bangsa Pueblo dengan variasi² formilnja dalam keseluruhannja jang seimbang didepan altar- tanah jang rapi dan tjermat pemasangannja dengan bungkusan²-obat- perang. dibandingkan dengan tari-skalpa bangsa Cheyene, dengan pameran-kekuatan badani dan perajaan kemasjhuran kedjajaan, peniruan perkelahian, rasa-nikmat karena sadar bahwa meréka adalah jang paling kuat. Pada bangsa Pueblo kesemuanja itu sifatnja sederhana sadja dan berupa permainan-kelompok, jang sama dengan peristiwa, dimana rasa tak &nak ditjabut dari si pembunuh dengan memasukkan pembunuh ini dalam sjarikat jang penting, dan dimana skalpa musuh jang hina-dina ditantik mendjadi salah suatu mahluk adikodrati jang menurunkan hudjan. Dalam tari dipadangrumput, tiap² penari, djuga djika meréka menari dalam kelompok, tetap bertindak sebagai seorang penari-tunggal, jang menuruti kehendaknja sendiri dalam menggambar- kan kemasjhuran dari suatu perkelahian badani melalui gerak-gerik chusus dari badannja jang sudah terlatih. Semuanja bersifat individua- lisris, nikmat dan djaja.

Sikap Appolonis bangsa Pueblo terhadap maut, tak bisa melenjap- kan maut jang menimpa kerabat² jang terdekat. dan pembunuhan atas musuh: se-tidak²nja meréka bisa merobahnja mendjadi rahmat atau mengusahakan supaja kematian atau pemburiuhan itu tidak memerlukan terlalu banjak kekerasan. Pembunuhan didalam kelompok sendiri begitu djarangnja, sehingga hampir² tak didjumpai dalam dongeng² atau tjerita², akan tetapi djikalau terdjadi djuga, hal ini diselesaikan dengan lekas dalam bentuk pembajaran oléh kelompok-kerabat jang satu kepada kelompok-kerabat jang lainnja, Akan tetapi bunuh-diri sama sekali tak Jumrah dan dianggap mustahil, Bunuh-diri adalah perbuatan jang terlalu dahsjat, meskipun pernah djuga se-kati² terdjadi. Terlalu dahsjat untuk bisa dipikirkan” oléh orang Pueblo. Meréka betul² tak mengerti, apa itu bunuh-diris Djikalau kita mempersilahkan orang² Zuni mentjeritakan kisah-pertjintaan, ada kalanja mergka menjjerita- kan kisah seorang laki², jang pernah mengatakan bahwa ia ingin mati ber-sama² dengan wanita tiantik. Pada suatu hari ia dipanggil untuk mengobati seorang wanita dan obat jang dipergunakan ialah daun mus- tadiap jang harus dikunjah. Esoknja laki² itu diketemukan mati. Meréka tak bisa menafsirkan perbuatan ini lebih djauh lagi. Tak pernah