Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/112

Halaman ini tervalidasi

BANGSA PUEBLO DI MEKSIKO BARU

113

kalangan suku Pueblo bertudjuan untuk mendapatkan kesuburan. Salah suatu balapan itu dilakukan antara orang2 laki2 dan orang2 wanita, orang2 laki2 disebelah sini garis, dengan membawa tongkat2nja dan orang2 wanita disebelah sana garis dengan tjintjin2nja, jang di-tendang2nja, seperti halnja orang2 laki2 me-nendang2 tongkatnja. Kadang2 wanita2 lari dalam balapan ini dengan badut2 bertopéng. Hanja sadja orang2 wanita harus diusahakan supaja menang, karena kalau tidak, tudjuan tak akan tertjapai. Di Peru balapan2 sematjam itu diadakan dengan tudjuan jang sama, orang2 laki2 lari telandjang-bulat dan memperkosa tiap2 wanita jang didahuluinja. Di Peru dan di Zuni permohonan jang sama didjelmakan dalam simbolik, akan tetapi di Zuni pelaksanaannja merupakan penindjauan kembali dari apa jang dilaksanakan di Peru setjara Dionysis.

Namun assosiasi kebébasan dalam lapangan perkelaminan dengan kesuburan bukannja tak ada samasekali dikalangan bangsa Pueblo di Zuni. Pada dua peristiwa, jakni pemburuan kelintji jang diiringi dengan upatjara2 dan tari-skalpa, pergaulan bébas diizinkan dengan pendjelasan, bahwa anak2 jang terdjadi pada malam2 itu akan merupakan anak2 jang sangat kuat. Gadis2 pendjaganja tak begitu keras lagi seperti biasanja, dan orang2 bersikap, bahwasanja „pemuda harus berlaku sebagai pemuda”. Dalam hal ini tiada prosmikuitét dan tiada pula éksés2. Selain daripada itu dikatakan, bahwa dahulu dalam kultus jang mengawasi saldju dan tjuatja dingin, adalah sesuai dengan peraturan2, apabila pendjaga2 bungkusan2-obat untuk satu malam menerima kekasih2, dimana meréka itu mendapat batu2-permata jang pandjangnja satu dim untuk menghiasi bungkusan keramat. Sekarang peristiwa sematjam itu tak ada lagi, dan tak mungkin menetapkan, sampai dimana orang membenarkan pergaulan séksuil setjara bébas.

Masalah2 séksuil tak begitu dimengerti oléh orang2 Pueblo. Di Zuni se-tidak2nja tak banjak ditjurahkan perhatian setjara réalistis kepada masalah2 séksuil itu, dan ada téndénsi jang tak begitu asing bagi kita dilihat dari sudut latarbelakang kebudajaan kita, jakni menerangkan simbolik-séksuil dengan sesuatu penggantian atau substitusi jang sama sekali tak tjotjok dengan bentuk aselinja. Maka meréka akan mentjeritakan kepada Saudara, bahwa tjintjin2 dan silindér2, jang lazim dipergunakandalam simbolik-séksuil jang djelas di Hopi, lingkaran2 ketjil dari tanah-liat jang dibentuk oléh hudjan dalam kolam2 air Memanah wingerd atau tungkul-djagung, katanja, menggambarkan kilat, jang menjambar ladang jang ditanami. Dan ini bukanlah substitusi2 jang paling anéh, jang terdapat pada keterangan2 jang diberikan oleh orang2-jang seratus-persén boléh dipertjaja. Hal ini merupakan suatu penolak


Pola-pola ― 8