Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/131

Halaman ini tervalidasi
POLA-POLA KEBUDAJAAN

Tetap tegak berdiri
Ia tetap, ia tetap tak bergerak
Dalam perut kebunku.

Watak-perseorangan kebun ini demikian dihormatinja, sehingga adalah lazim, bahwa persetubuhan laki²-perempuan dikerdjakan disitu. Mengatakan bahwa panénnja baik, berarti mengakui bahwa ia mentjuri. Orang menganggap bahwa ini ditjurinja dari kebun anggota² susunja dengan menggunakan sihir jang berbahaja, Oleh karena itu besar-ketjilnja hasil panén dirahasiakan se-bisa²nja dan siapa jang me-njebut²nja dianggap menghina. Di-pulau² sekitarnja di Oseania, panén dianggap sebagai kesempatan untuk mempertontonkan ubi² jang dihasilkan setjara keupatjaraan, suatu pameran besar²an, jang merupakan puntjak semua upatjara² dalam tahun itu. Di Dobu panen di-sembunji²kan tak ubahnja seperti mentjuri. Orang² laki² dan perempuan membawa hasil panénnja sedikit demi sedikit kelumbungnja. Djikalau hasil panennja baik, ada alasan untuk takut diintjar oleh orang lain, sebab kalau ada peristiwa kematian atau sakit, maka dukun peramal mengatakan bahwa penjakit itu disebabkan karena hasil panén jang baik dari sisakit. Dianggapnja, bahwa orang mendjadi demikian tjemburu dan irihati karena hasil² baik itu, sehingga disihirlah pengusaha kebun jang berhasil itu.

Mantra²-penjakit isinja sangat djahat. Tiap² orang laki² atau perempuan didésa Tewara mempunjai sedikit atau banjak mantra² itu. Tiap² mantra itu digunakan untuk membangkitkan suatu penjakit jang chusus, dan meréka jang mempunjai mantra-sihir itu, djuga mempunjai mantra untuk menjembuhkannja. Beberapa orang mempunjai monopoli atas suatu penjakit jang tertentu dan oleh karena itu ia merupakan orang² jang bisa menjebabkan penjakit itu. Apabila ada orang menderita penjakit clapbantiasis atau serofula ditempat itu maka diketahuinja siapa jang menjebabkan ini. Mantra²-sihir ini membuat pemiliknja sakti dan oleh karena itu mantra² itu mantra² ini sangat disukai.

Mantra²-sihir ini memberikan kesempatan kepada pemiliknja untuk menjatakan kedjahatannja tanpa tédéng-aling², dan hal ini diizinkan oleh kebudajaannja. Biasanja hal ini tabu. Orang Dobu tak mau mengambil risiko menantang orang didepan umum, apabila hendak mendjahatinja. Ia bersikap rendah-hati bahkan menundjukkan bahwa ia adalah sahabat baik-sekali. Ia jakin bahwa sihir itu diperkuat oléh pergaulan mesra, dan sementara itu ia menunggu kesempatan untuk melaksanakan tjederanja. Akan tetapi diwaktu menjampaikan mantranja kepada lawannja atau diwaktu mengadjarkan mantra itu kepada anaklaki² saudara-perempuannja ia ada tjukup kesempatan untuk mendjelmakan kedjahatannja. Ia djauh dari penglihatan dan pendengaran