Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/135

Halaman ini tervalidasi
POLA-POLA KEBUDAJAAN

ia siap untuk bertindak, maka ia mengunjah djahé banjak² supaja badannja tjukup hangat untuk memperhebat kesaktian mantra itu sebesar²nja. Ia untuk waktu jang tertentu tak bersetubuh. Ia minum airlaut banjak² supaja mengeringkan kerongkongannja, agar supaja ia tidak menelan mantera² djahatnja sendiri ber-sama² dengan ludahnja. Kemudian ia mengadjak seorang kerabatnja supaja bertindak sebagai pendjaganja. Jang tersebut terachir ini memandjat pohon didekat kebun, tempat korban jang tak menjangka apa² itu bekerdja seorang diri. Dua orang itu tak kelihatan karena telah mengutjapkan mantera jang chusus untuk itu, dan pendjaganja se-enak²nja berada diatas pohon², dimana ia harus memberi tanda, apabila ada bahaja. Ahlisihir per-lahan² mendekati korbannja, hingga meréka saling pandang-memandang. Ahlisihir memekik menakutkan — korbannja djatuh. Dengan pisau ketjilnja jang sudah disihir pula ahlisihir itu mengeluarkan isi-perut korbannja, katanja, dan ditutuplah kembali lukanja tanpa meninggalkan bekas apa². Tiga kali ia mentjoba korbannja, katanja : „Sebutlah namaku !” Kalau si korban tak ingat akan dia, ini suatu bukti bahwa usahanja berhasil, apalagi kalau ia tak bisa bitjara. Ia hanja berkumat-kamit mengeluarkan kata² jang tak ada artinja, dan bagaikan orang gila ia lari kentjang. Setelah kedjadian itu, ia tak mau makan lagi. Air-kentjingnjapun tak lagi dikuasainja, dan isi-perutnja bengkak. Ia semangkin lama semangkin lemah, achirnja mati.

Kisah ini ditjeriterakan oleh seorang bumiputera jang bisa dipertjaja dan telah saja kenal baik sekali. Bukti kepertjajaan peribumi ini ternjata dari peristiwa², dimana orang² djatuh sakit dan achirnja mati, setelah berdjumpa dengan seorang ahlisihir. Vada adalah bentuk jang paling ékstrim, jang mendjelmakan kedjahatan² prakték²-Dobu dan térornja, jang memungkinkan hasil² sematjam itu.

Selama ini kita belum me-njinggung² tentang pertukaran² ékonomi di Dobu. Nafsu untuk terus-menerus mengadakan transaksi² perdagangan jang mentjekam bagian begitu besar dari Melanésia, djuga ada di Dobu. Suksés jang begitu dahsjat dihasratkan dan ditjemburukan oleh orang² Dobu, harus ditjari didua lapangan, jakni pertama, jang mengenai milik kebendaan dan kedua, mengenai séksualitét. Sihir-menjihir boléh dikatakan merupakan lapangan ketiga, akan tetapi dalam hubungan ini ia hanja merupakan alat, bukannja tudjuan, jakni suatu tjara untuk bisa berhasil dan mempertahankan hasil itu dikedua lapangan jang lain itu.

Anggapan mengenai suksés jang berupa hasil² kebendaan dalam masjarakat seperti di Dobu, jang dikuasai oléh pengchianatan² dan ketjurigaan², harus dengan sendirinja dalam beberapa segi mengandung pertentangan² dengan tudjuan² ekonomi jang kita anggap normal dalam