Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/165

Halaman ini tervalidasi

166

POLA-POLA KEBUDAJAAN

Anak laki², jang untuk pertama kali mendapat kekajaan, lekas² memilih seorang anak laki² lainnja, jang bisa menerima hadiah daripadarja, Anak laki² jang dipilihnja itu tidak bisa menolak tanpa berarti bahwa ia telah mengaku kalah lebih dahulu, dan ia terpaksa mengatasi djumlah hadiah itu. Djika tiba masanja untuk membajar kembali, dan ternjata ia tak bisa mengembalikan hadiah itu dengan ditambah seratus persen bunga, ia malu dan merasa direndahkan, sedangkan prestisé saingannja naik. Perlombaan jang dimulai setjara ini, berlangsung terus seumur hidupnja. Djika ia berhasil, ia bermain dengan djumlah kekajaan jang lebih besar lagi dan dengan lawan jang semangkin terpandang. Sesungguhnja hal ini adalah suatu perkelahian dalam arti sebenar²nja. Meréka berkata : „Kita tak berkelahi dengan sendjata, akan tetapi dengan kekajaan !” Orang jang menjerahkan suatu ,,uang-tembaga” telah mengalahkan saingannja seperti ia mengalahkannja dalam medan pertempuran. Menurut Orang² Kwaiutl ke-dua²nja itu sama sadja. Salah suatu tari²annja diramakan ,,membawa darah didalam rumah” dan karanganbunga jang dibawa orang² laki² dianggap senilai dengan skalpa² jang dikumpulkan dalam medan perang, Mereka melontarkannja kedalam api sambil me-njebut² nama musuhnja, jang dilambangkan didalamnja dan ber-teriak² djikalau api bernjala² dan membakarnja. Akan tetapi karangan² bunga itu mewakili uang² tembaga, jang telah di-bagi²kan dan nama² jang disebutnja adalah nama² sainganuja jang telah dikalahkannja dalam mem-bagi² kekajaan.

 Tudjuan setiap kegiatan kaum Kwaitul ialah menundjukkan bahwa ia lebih unggul daripada saingan²nja. Hasrat untuk mendjadi unggul ini dipaparkan setjara terang²an dan dirjatakan dalam tjara mereka me-mudji² dirinja sendiri dan mem-buruk²kan orang² lain. Menurut ukuran² kebudajaan² lain, pidato² kepala² dalam peristiwa potlach merupakan tanda tjongkakan tanpa malu² jang tiada taranja :


 Aku ini pemimpin-tertinggi, jang membikin malu orang²
 Aku ini pemimpin-tertinggi, jang membikin malu orang².
 Pemimpin-tertinggi kita mendatangkan malu pada muka²nja.
 Pemimpin-tertinggi kita membikin orang² menutupi mukanja apabila melihat apa jang selalu dia perbuat didunia ini
 Dengan terus menerus mengadakan pesta-minjak bagi semua suku.

 Aku adalah pohon besar satu²nja, aku, pemimpin-tertinggi,
 Aku adalah pohon besar satu²nja, aku, pemimpin-tertinggi,
 Kalian adalah hamba²ku, hai suku².
 Kalian duduk dirumah-belakang, hai suku².