Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/186

Halaman ini tervalidasi

PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

187

pola-ketakuan ini dalam menghadapi dunia juar dan tenaga2 alam. Semua bentjana dan kemalangau memberi perasaan terhina. Kalau kampaknja melks€t sehingga orang jang mempergunakannja luka pada kakinja, maka ja harus segera menghapuskan malu jang menimpanja. Djuga orang jang kanonja terbalik, harus ,membersihkan badannja”. dari penghinaan itu. Terutama sekali harus diusahakan, supaja tak ada orang jang menertawakan peritiwa itu. Penjelesaian jang umum, jang dipergunakan sudah barang tentu ialah mem-bagi2 barang2, Ini menghapuskan malu, jakni mengembalikan lagi perasaan-unggul, jang oleh kebudajaannja diassosiasikan dengan mengadakan potlatch. Semua kemalangan2 lainnja jang tak begitu besar dihadapi setjara ini. Kemalangan2 besar bisa memungkinkan bahwa perlu diselenggarakan suatu upatjara musim-dingin, atau mengadakan pemburuan manusia untuk dipenggal kepalanja guna mendapatkan skalpa (kulit kepala)nja, atau bisa djuga membunuh diri. Djikalau ada topeng Sjarikat-Kanibal jang petjah. jang bersangkutan harus menjelenggarakan upatjara musim dingin dan mewediang anak-laki2nja dalam sjarikat itu. Djika orang kalah dalam berdjudi dengan seorang kawannja, dan barang2nja habis, ia lalu membunuh diri.

Demikian pula sikapnja terhadap perisitiwa besar seperti kematian. Orang tak bisa memahami tjara penduduk Pesisir Barat-Laut berkabung tanpa mengetahui tentang serangkaian kelakuan2 jang telah didjadikan lembaga oleh kebudajaan ini. Kematian merupakan penghinaan jang paling tinggi menurut anggapan mereka dan oleh karena itu rkaksi mereka terhadap peristiwa itu adalah sama seperti reaksi merkka dalam menghadapi suatu kemalangan jang besar : mem-bagi2 Gan menghantjurkan barang2, memenggal kepala, bunuh diri, Mereka mempergunakan tjara2 jang resmi untuk menghapuskan malunja. Djikalau seorang kerabat dekat dari seorang pemimpin tertinggi meninggal, maka pemimpin tertinggi ini membuang rumahnja, jakni, papan2 dari dinding dan atap dilutjuti dari rangka rumahnja dan dibawa oleh orang jang sanggup membelinja. Sebab inipun merupakan suatu masalah potlateh seperti tain2nja, dan setiap papan harus dibajar kembali dengan bunga tinggi. Ini dinamakan: „gila karena ditinggal mati oleh orang jang ditjintat,” dan dipergunakan oléh orang2 Kwakiutl untuk menghadapi keadaan berkabung dengan upatjara jang sama seperti halnja dengan perkawinan, mendapatkan kekuasaan adikodrati atau persengketaan.

Masih ada djawab jang lebih tadjam terhadap penghinaan maut. Jakni memenggal kepala. Disini tiada soal dendam terhadap kelompok jang misalnja tejah membunuh orang jang meninggal itu. Kerabat jang meninggal dunia ini bisa djuga meninggal dunia ditempat tidur karena